Talenta Conference Series: Tropical Medicine (TM)
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm
<p align="justify">TALENTA Conference Series: Tropical Medicine (TM) is an open access journal publishing the proceeding of conferences across all medical disciplines, including peer-reviewed full-length articles, collections of abstracts and meeting reports. The proceeding of TALENTA Conference Series: Tropical Medicine (TM) is published by TALENTA Publisher Universitas Sumatera Utara. Publishing a supplement to the proceedings of TALENTA Conference Series: Tropical Medicine (TM) is a very effective ways for disseminating conference material and scientific findings to your target readers.</p> <p>p-ISSN : 1234-5678<br>e-ISSN : 1234-1234</p> <p><a href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/" rel="license"><img src="https://i.creativecommons.org/l/by-nd/4.0/88x31.png" alt="Creative Commons License"></a><br>This work is licensed under a <a href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/" rel="license">Creative Commons Attribution-NoDerivatives 4.0 International License</a>.</p>Talenta Publisheren-USTalenta Conference Series: Tropical Medicine (TM)2623-0550Aktivitas Hepatoprotektor Ekstrak Etanol Kulit Bawang Merah (Allium cepa L. Corium) Terhadap Mencit Jantan Yang Diinduksi Parasetamol
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/252
<p>Metabolit reaktif N-acetyl-para-benzoquinoneimine (NAPQI) akan dilepaskan setelah pemberian parasetamol dosis tinggi sehingga dapat merusak hati. Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai hepatoproktektif adalah bawang merah (Allium cepa L.). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi aktivitas hepatoprotektor ekstrak etanol kulit bawang merah (EEKBM) terhadap mencit jantan yang diinduksi parasetamol. Enam kelompok perlakuan (n= 4) diberi Na CMC 0,5% sebagai kontrol negatif, EEKBM dosis 300, 450, dan 600 mg/kg bb, dan rutin 20 mg/kg bb sebagai kontrol positif selama 14 hari secara oral dan diikuti pemberian penginduksi hepatotoksik parasetamol 1 g/kg bb. Sampel darah dan hati dikumpulkan untuk pemeriksaan biokimia dan mikroskopik. Kelompok normal digunakan sebagai pembanding. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar AST dan ALT dihambat oleh EEKBM dosis 300, 450, dan 600 mg/kg bb dan berbeda signifikan dengan kontrol negatif (p < 0,05) dan melindungi sel hati dari kerusakan. Dapat disimpulkan bahwa EEKBM dosis 600 mg/kg bb menunjukkan aktivitas hepatoprotektor.</p> <p> </p> <p>The reactive metabolite,</p> <p>N-acetyl-para-benzoquinoneimine (NAPQI), could be released after administration of high dose paracetamol and induced liver damage. One of plant that has potential to be developed into hepatoprotective agent is Onion (<em>Allium cepa</em> L.). This research aimed to evaluate the hepatoprotective activity of onion ethanol extract (OEE) in paracetamol induced mice. There were six groups (n=4), consist of negative control which received Na CMC 0,5% , treatment group received OEE at doses of 300, 450, dan 600 mg/bw, and rutin at dose of 20 mg/bw was positive control for 14 days by oral adminitration and followed by paracetamol 1 g/bw to induce hepatotoxic. Blood sample and liver organ were collected for biochemistry and microscopic examinations. Normal control was served as comparison. The results showed that AST and ALT levels was inhibited by OEE at doses of 300, 450, dan 600 mg/kg bwand significantly different with negative control (p < 0,05) and prevented liver damage. It can be concluded that OEE at the dose of 600 mg/kg bwhas hepatoprotective activity.</p>Janet BardosAminah DalimuntheUrip Harahap
Copyright (c) 2018
2018-12-192018-12-191300100610.32734/tm.v1i3.252Formulasi dan Evaluasi Aktivitas Antijamur Gel Sampo Anti ketombe Minyak Sereh Dapur (Cymbopogon citratus)
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/253
<p>Salah satu penyebab adanya ketombe pada kulit kepala adalah jamur Pityrosporum ovale. Minyak sereh dapur (Cymbopogon citratus) mengandung α sitral dan β sitral yang mempunyai aktivitas antijamur. Bermacam-macam bahan antijamur telah digunakan dalam produk sampo anti-ketombe dan produk ini menunjukkan efek samping seperti rambut rontok, gatal-gatal dan iritasi pada kulit kepala. Tujuan Penelitian ini adalah memformulasi dan evaluasi aktivitas antijamur gel sampo anti ketombe dari minyak sereh dapur (Cymbopogon citratus). Minyak sereh dapur yang digunakan diuji aktivitas antijamur. Formulasi gel sampo antiketombe menggunakan minyak sereh dapur dengan konsentrasi 5%; 7,5% dan 10%. Evaluasi formulasi gel meliputi: penampilan fisik, homogenitas, kemampuan berbusa dan stabilitas busa, penentuan pH, pengukuran viskositas dan tegangan permukaan, daya pembasah, daya pembersih, stabilitas fisik selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar dan aktivitas anti-jamur terhadap Pityrosporum ovale. Hasil uji antijamur minyak atsiri sereh dapur terhadap jamur Pityrosporum ovale menunjukkan konsentrasi hambat minimum (KHM) adalah 5 mg/ml dengan rata-rata diameter hambat 7,23 mm dan konsentrasi hambat yang paling aktif adalah 100 mg/ml dengan rata-rata diameter hambat 27,46 mm. Gel shampoo antiketombe minyak sereh dapur yang dihasilkan memenuhi persyaratan uji homogenitas, kemampuan membusa dan stabilitas busa, pH, viskositas, daya pembasah dan pembersih, dan stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Aktivitas antijamur gel sampo antiketombe minyak sereh dapur dengan konsentrasi 5%; 7,5%; dan 10% memiliki rata-rata diameter hambat terhadap jamur Pityrosporum ovale masing-masing adalah 17,30; 18,76 dan 20,43 mm. Gel sampo antiketombe dengan minyak sereh dapur 10% adalah yang paling effektif menghambat pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.</p> <p> </p> <p>One of the causes of dandruff on the scalp is a fungi, <em>Pityrosporum ovale</em>. Lemongrass Oil (<em>Cymbopogon citratus</em>) consists of α sitral and β sitral which have anti-fungal activity. There are various anti-fungal agent as a component of anti-dandruff shampoo, however, they caused side effects such as hair loss, itchy and scalp iritation. This research aimed to formulate and evaluate the antifungal activity of lemongrass oil (<em>Cymbopogon citratus</em>) anti-dandruff gel shampoo. Anti-fungal activity of lemongrass oil was evaluated. The formula of anti-dandruff gel shampoo consists of lemongrass with various concentration of 5%; 7,5% and 10%. Evaluation of gel formula consists of physical performance, homogeneity, foaming ability, foam stability, pH measurement, determination of viscosity and surface tension, lubricant and hygiene ability, physical stability for 12 weeks at room temperature and anti-fungal activity against <em>Pityrosporum ovale</em>. The result of anti-fungal activity evaluation of Lemongrass oil against <em>Pityrosporum ovale </em>showed that it hadminimum inhibitory concentration (MIC) of 5 mg/mL with mean of inhibition zone diameter of 7,23 mm and the maximum inhibitiory concentration was 100 mg/ml with mean of inhibition zone diameter of 27,46 mm. Anti-dandruff gel shampoo of Lemongrass Oil met the criteria of homogenity, foaming ability and foam stability, pH, viscosity, lubricant and hygiene ability, and stable for 12 weeks strorage at room temperature. Anti-fungal activity of lemongrass oil (<em>Cymbopogon citratus</em>) anti-dandruff gel shampoo against Pityrosporum ovale with various concentrations of 5%; 7,5%; dan 10% showed mean of inhibition zone diamater of 17,30; 18,76 and 20,43 mm, respectively. Anti-dandruff gel shampoo with 10% lemongrass oil was the most potent sample to inhibit Pityrosporum ovale growth</p>Anayanti AriantoPanal SitorusRodiah Ma'rufah
Copyright (c) 2018
2018-12-192018-12-191300701310.32734/tm.v1i3.253Pengaruh Teknik dan Pelarut Ekstraksi Terhadap Aktivitas Antioksidan dari Empat Jenis Ekstrak Daun Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/254
<p>Tanaman rosella merupakan tanaman asli dari benua Asia (India hingga Malaysia) dan benua Afrika. Kultivasi bagian bunga, daun, dan biji dari tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai bahan makanan dan pengobatan empiris. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan tanaman rosella memiliki aktivitas farmakologi sebagai antikanker, antibakteri dan antioksidan. Telah dilaporkan bahwa bagian daun dan akar rosella dilaporkan mengandung senyawa fenolik terbanyak dibandingkan dengan bagian lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik dan pelarut ekstraksi terhadap aktivitas antioksidan dari empat jenis ekstrak daun rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Teknik ekstraksi yang dilakukan adalah maserasi, infus dan refluk menggunakan pelarut air dan pelarut etanol. Aktivitas peredaman radikal bebas DPPH teridentifikasi pada pola kromatogram lapis tipis dengan penampak bercak DPPH 0,2% dari seluruh ekstrak daun rosella. Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH dilakukan terhadap seluruh ekstrak daun rosella, yaitu ekstrak air teknik maserasi (AM), ekstrak air teknik infus (AI), ekstrak etanol teknik maserasi (EM), serta ekstrak etanol teknik refluk (ER). Nilai IC50 ekstrak AM, AI, EM dan ER berturut-turut adalah: 0,00056 ppm (sangat kuat); 0,00057 (sangat kuat); 0,00044 ppm (sangat kuat); 0,00092 ppm (sangat kuat). Metode penyarian metabolit sekunder optimal untuk aktivitas antioksidan pada daun rosella adalah teknik ekstraksi maserasi dengan pelarut etanol (ER).</p> <p> </p> <p>Rosella is one of a native plant from Asia (India to Malaysia) and Africa. The Flowers, leaves, and seeds cultivated from rosella (Hibiscus sabdariffa L.) have been used in folk medicine as food and empirical treatment. The previous study reported the pharmacological activities of rosella as anti-cancer, anti-bacterial and anti-oxidant. It has been reported that leaf and root of rosella found to have phenolic compounds as the major components. This research was conducted to evaluate the effect of extraction technique and solvent on the anti-oxidant activity of four extracts of rosella leaves (<em>Hibiscus sabdariffa</em> L.). The extraction techniques include maceration, infusion and reflux with water and ethanol. Scavenging activities of DPPF free radical of all rosella leaves extracts were identified by thin layer chromatography, indicated by DPPH 0,2% reagent. The evaluation of antioxidant activity using scavenging DPPH free radical method was performed to all rosella leaves extract, including water extract by maceration method (AM), water extract by infusion method (AI), ethanol extract by maceration method (EM), ethanol extract by reflux method (ER). The IC<sub>50 </sub>values of AM, AI, EM and ER were 0,00056 ppm (very strong); 0,00057 (very strong); 0,00044 ppm (very strong); 0,00092 ppm (very strong). The most optimum method to extract secondary metabolite with anti-oxidant properties was maceration with ethanol (ER).</p>Ari Sri WindyaswariYenni KarlinaAmalia` Junita
Copyright (c) 2018
2018-12-192018-12-191301401910.32734/tm.v1i3.254Karakterisasi Dekstrin dari Pati Kacang Merah (Vigna angularis (Wild) Ohwi and Ohashi) dengan Metode Enzimatis
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/255
<p>Kacang merah (Vigna angularis (Wild) Ohwi dan Ohashi) merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang dibudidayakan di Indonesia. Kacang merah mengandung pati yang cukup tinggi sehingga sangat berpotensi menjadi tanaman penghasil pati atau turunannya seperti dekstrin yang memiliki banyak keunggulan dibanding pati. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat dekstrin dari pati kacang merah dan uji karakterisasinya. Pembuatan dekstrin dilakukan secara enzimatis menggunakan enzim α-amilase pada konsentrasi pati 10, 20, 30 dan 40%. Karakterisasi yang dilakukan adalah uji organoleptis meliputi uji warna, penetapan derajat kehalusan mesh 80, uji kadar air, kadar abu, penentuan nilai dekstrosa ekivalen dan analisa FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dekstrin dapat dihasilkan dari pati kacang merah dengan warna putih kekuningan, % derajat kehalusan > 90% pada semua konsentrasi, kadar air dibawah 11%, kadar abu < 0,5%. Sementara nilai dekstrosa ekivalen dari formula 40% dibawah 5, sedang formula 10, 20 dan 30% diatas 5. Dekstrin dapat dibuat dari pati kacang merah dengan menggunakan metode enzimatis dan memenuhi syarat warna, derajat kehalusan, kadar air, kadar abu dan nilai dekstrosa ekivalen menurut SNI No 01-2593 tahun 1992.</p> <p> </p> <p>Red Bean (Vigna angularis (Wild) Ohwi dan Ohashi) is one of the bean species grown in Indonesia. Red beans contain high starch and have potential to produce starch or its derivative, such as dextrin which has many advantages as compared to starch itself. This research aimed to produce dextrin from red bean starch and its characterization. Dextrin was produced by an enzymatic process using α-amylase with starch concentrations of 10, 20, 30 and 40%. The characterization includes organoleptic examinations, including color, determinations of smoothness degree by mesh 80, water content, ash content, dextrose level equivalent, and FTIR analysis. The result showed that dextrin can be produced from red bean starch with criteria as follows, yellowish white in color, % smoothness degree > 90% for all starch concentration, water content < 10%, ash content < 0.5%. Meanwhile, dextrose level equivalent of formula 40% was below 2, and formula 10, 20 and 30% were more than 5. Dextrin can be produced from red bean starch by the enzymatic method and met the criteria of color, smoothness degree, water content, ash content, and dextrose level equivalent according to SNI No 01-2593, 1992</p>Bayu Eko PrasetyoPutri AnnisaSri Yuliasmi
Copyright (c) 2018
2018-12-192018-12-191302002410.32734/tm.v1i3.255Kandungan Total Flavonoid Dari Ekstrak Metanol Akar Imperata cylindrical (L) Beauv. (Alang-alang)
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/256
<p>Masyarakat di Sulawesi Tenggara telah memanfaatkan akar alang-alang (Imperata cylindrica) sebagai obat hipertensi. Ekstrak methanol akar alang-alang dari Kendari terbukti mempunyai aktivitas antihipertensi. Studi menunjukkan senyawa-senyawa fenolat dapat menurunkan tekanan darah. Aktivitas penurunan tekanan darah dikarenakan senyawa-senyawa fenolat mempunyai aktivitas antioksidan dan kemampuan menghambat angiotensin converting enzyme (ACE). Berdasarkan penelitian yang dilaporkan, tujuan penelitian ini menentukan adanya flavonoid, dan mengukur kandungan flavonoid total dengan menggunakan metode aluminium klorida. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekstrak mengandung flavonoid, dengan kandungan total flavonoid 1,17%. Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa ekstrak mengandung flavonoid, and kadar total flavonoid 1,17%.</p> <p> </p> <p>People in Southeast Sulawesi have used alang-alang (Imperata cylindrica) root as anti-hypertension.Methanol extract of alang-alang from Kendari has been found to have anti-hypertensive activity. Previous studies reported that phenolic compounds could decrease blood pressure. The anty-hipertensive actvity might be due to anti-oxidant activity and inhibition of angiotensin converting enzyme (ACE) of those phenolic compounds. Based on the previous studies, this research aimed to evaluate the presence of flavonoid and determine the total flavonoid content using Aluminium Chloride method.The results showed that the extract contained flavonoid with total flavonoid content was 1.17%. Based on the result, it can be concluded that the extract contained flavonoid and the total flavonoid content was 1.17%.</p>Diah DhianawatyRuslin RuslinMas Rizky Anggun Adipurna SyamsunarnoHelmi Haminah
Copyright (c) 2018
2018-12-192018-12-191302502810.32734/tm.v1i3.256Pembuatan Dan Karaterisasi Nanopartikel Ekstrak Etanol Daun Ekor Naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) Menggunakan Metode Gelasi Ionik
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/257
<p>Pengobatan tradisional masih diminati. Salah satu tumbuhannya adalah daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) yang digunakan sebagai obat antikanker dan antibakteri. Penggunaan nanoteknologi dalam sistem penghantaran obat terus diteliti dan dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengetahui sifat-sifat nanopartikel ekstrak etanol daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) menggunakan metode gelasi ionik. Ekstrak daun ekor naga dibuat dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Nanopartikel dibuat dengan metode gelasi ionik, yaitu menggunakan larutan natrium tripolipospat 0,1% dan kitosan 0,2%, Nanopartikel kemudian dikarakterisasi menggunakan Particle Size Analyzer untuk mengetahui distribusi ukuran partikel dan Scanning Electron Microscopy untuk mengetahui bentuk permukaan partikel. Nanopartikel yang dihasilkan berupa serbuk berwarna coklat muda dengan distribusi ukuran partikel 234,49-1479,50 nm pada perbandingan kitosan 0,2% dan natrium tripolipospat 0,1% (5:1). Bentuk permukaan nanopartikel ekstrak etanol daun ekor naga yaitu tidak rata dan membentuk agregat longgar. Ekstrak etanol daun ekor naga dapat dibuat menjadi nanopartikel dengan kitosan 0,2% dan natrium tripolipospat 0,1% menggunakan metode gelasi ionik.</p> <p> </p> <p>Traditional medicine is still popular. One of them is ekor naga Leaves (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) that has been used as anti-cancer and anti-bacteria. Nanotechnology in drug delivery system is still being studied and developed. This research aimed to prepare and evaluate the characterization of nanoparticle of Ekor Naga Leaves Ethanol Extract (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) by Ionic Gelation Method. The Ekor naga leaves extract was prepared by maceration with ethanol 96%. Nanoparticle was prepared by ionic gelation method, using sodium trypholiphosphat 0.1% and chitosan 0.2%, then it was characterized using</p> <p>Particle Size Analyzer to determine particle size distribution and Scanning Electron Microscopy to determine surface structure particle. The nanoparticle was light brown with particle size distribution of 234.49-1479.50 nm in ratio of chitosan 0.2% and sodium trypholiphosphat 0.1% was 5:1. The surface structure of nanoparticle of ekor naga leaves extract was not smooth and form loose aggregates. The ethanol extract of ekor naga leaves can be prepared into nanoparticle with sodium trypholiphosphat 0.1% and chitosan 0.2% by Ionic Gelation Method</p>Dian AyumiSumaiyah SumaiyahMasfria Masfria
Copyright (c) 2018
2018-12-192018-12-191302903310.32734/tm.v1i3.257Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat pada Masyarakat Blang Bungong Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie-Aceh
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/258
<p>Telah dilakukan penelitian tentang kajian etnobotani pada masyarakat Blang Bungong kecamatan Tangse Kabupaten Pidie-Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi pemanfaatan tanaman obat oleh masyarakat Desa Blang Bungong di kabupaten Pidie Aceh. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis tanaman yang digunakan, bagian yang digunakan, cara menggunakan tumbuhan, cara mendapatkan, serta penyakit yang diobati. Metode yang digunakan adalah metode Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu proses penilaian yang berorientasi pada keterlibatan dan peran masyarakat dalam penelitian. Sampel penelitian ini adalah dukun tradisional, dan masyarakat Blang Bungong. Tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat Blang Bungong sebanyak 25 spesies yang tersebar dalam 19 famili. Bagian tumbuhan yang paling sering digunakan adalah daun. Tumbuhan obat didapatkan masyarakat berasal dari tumbuham liar dan budidaya. Penyakit diobati umumnya adalah penyakit ringan seperti flu, demam dan batuk.</p> <p>The ethnobotanical study has been conducted in Blang Bungong community, Tangse, Pidie-Aceh. This research aimed to identify and collect the utilization of medicinal plant by people in Blang Bungong, Pidie Aceh. This research was conducted especially to evaluate the type of plant, part of the plant, how to use the plant, how to collect the plant and the diseases that were treated. The method used was the Participatory Rural Appraisal (PRA) method, the assessment process that is oriented to the involvement and role of the community in research. The sample of this study was the traditional shaman and Blang Bungong community. There were 25 species of 19 families of plants that have been used by Blang Bungong community. The part of the plant that most often used was a leaf. People collected medicinal plants from wild plants and cultivation</p>Ernilasari ErnilasariSaudah SaudahMulia Aria SuzanniDiana DianaIrhamni Irhamni
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201303403710.32734/tm.v1i3.258Karakteristik Pengetahuan Dan Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus DiPuskesmas Pekan Labuhan Medan
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/259
<p>Latar Belakang: Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit metabolisme yang terjadi pada seseorang karena terjadinya peningkatakan kadar gula darah melebihi batas normal. Peningkatan kadar gula terjadi karena adanya gangguan pada sekresi insulin dan kerja insulin. Salah satu cara untuk mencegah resiko terjadinya komplikasi dan kekambuhan pada diabetes mellitus adalah dengan menerapkan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus. Kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus harus diperhatikan karena diet merupakan salah satu factor untuk menstabilkan kadar gula dalam darah menjadi normal dan mencegah terjadinya komplikasi pada penderita diabetes mellitus Metode Penelitian: Penelitian ini di desain secara cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes mellitus yang melakukan kunjungan di Puskesmas Labuhan Medan pada bulan Juli 2017.Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner dan analisis data menggunakan metode Chi square. Hasil: Penderita Diabetes Mellitus di puskesmas Pekan Labuhan Medan mempunyai tingkat pengetahuan rendah sebesar 2%, sedang 44% dan tinggi 54%.Sedangkan tingkat kepatuhan rendah sebesar 2%, sedang 46% dan tinggi 52%. Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan diet dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di Puskesmas Pekan Labuhan Medan dengan p value 0,001 (< 0,05).</p> <p>Background: Diabetes mellitus is one of metabolism disease due to abnormally high blood glucose level. The high blood glucose levels occur because of interference in insulin secretion and insulin action. One way to prevent the risk of complications and recurrence in diabetes mellitus is to apply dietary adherence to people with diabetes mellitus. Dietary compliance in people with diabetes mellitus must be considered because the diet is one factor to stabilize blood glucose levels to normal and prevent complications in people with diabetes mellitus. Methods: The research design was cross sectional. The population of this study were all diabetes mellitus patients The population in this study were all patients with diabetes mellitus who visited Primary Health Center of Labuhan Medan in July 2017. Sampling was performed by purposive sampling method. Data was collected using questionnaires and data were analyzed using the Chi-square method. Results: Diabetes Mellitus patients at Pekan Labuhan Medan Primary health center have a low level of knowledge of 2%, moderate 44% and high 54%. While the level of compliance was low at 2%, medium 46%, and high 52%. Conclusion: The results showed that there was no significant difference between knowledge of diet and dietary compliance in people with diabetes mellitus at the Pekan Labuhan Primary Health Center, Medan with p-value of 0,001 (< 0,05).</p>Eva Sartika Dasopang
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201303804510.32734/tm.v1i3.259Formulasi Tablet Hisap Ekstak Etanol Daun Randu (Ceiba Pentandra L. Gaertn) Menggunakan Carboxy Methyl Cellulose (CMC) Sebagai Bahan Pengikat Dengan Metode Granulasi Basah
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/260
<p>Daun randu (Ceiba pentandra L.Gaertn) merupakan salah satu tumbuhan yang mengandung tannin dan flavonoid yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri. Ekstrak etanol daun randu mempunyai aktivitas sebagai anti bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada mulut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan ekstrak daun randu dalam bentuk sediaan tablet hisap dengan menggunakan Carboxy Methyl Cellulose (CMC) sebagai bahan pengikat dengan metode graulasi basah. Pembuatan ekstrak etanol daun randu dengan metode maserasi, pembuatan tablet hisap, pengujian granul dan evaluasi tablet pada variasi konsentrasi cmc 2%,3%, dan 4%.. Skrining fitokimia serbuk dan ekstrak daun randu mengandung metabolit sekunder golonganta tanin, saponin, flavonoid, glikosida dan steroid. Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk daun randu diperoleh kadar air 7,32%, kadar abu total 9,05%, kadar abu yang tidak larut asam 0,31%, kadar sari larut dalam air 27,01% dan kadar sari larut dalam etanol 30,80%. Hasil evaluasi granul menunjukkan bahwa semua formula telah memenuhi persyaratan evaluasi granul. Hasil evaluasi tablet menunjukkan bahwa dari ketiga formula yang dibuat semua formula memenuhi syarat kecuali pada uji kekerasan tablet pada formula 2% tablet hisap memiliki kekerasan 3,5 kg. Ekstrak etanol daun randu (Ceiba pentandra L.Gaertn) dapat dibuat menjadi sediaan tablet hisap menggunakan CMC sebagai bahan pengikat dengan metode granulasi basah.</p> <p> </p> <p>Randu leaves (Ceiba pentandra L. Gaertn) are one of the plants that contain tannins and flavonoids which have antibacterial activity. Ethanol extract of Randu leaves anti-bacterial activity which can inhibit bacterial growth in the mouth. The objective of this study was to formulate randu leaf extract in lozenges dosage form using Carboxy Methyl Cellulose (CMC) as a binder with a wet graulation method. The ethanol extract of Randu Leaves was prepared by maceration method, lozenges preparation, evaluation of granul and tablet with various concnetration of CMC of 2%,3%, and 4% were performed. Phytochemical screening of dried powder materials and extract of randu leaves revealed the presence of secondary metabolite tannins, saponins, flavonoids, glycosides and steroides. The characterization results of randu elaves dried powder were The results of the characterization of randu leaf powder revelaed a moisture content of 7.32%, total ash content of 9.05%, acid insoluble ash content of 0.31%, water soluble content of 27.01% and soluble content in ethanol 30.80%.The results of granule evaluation showed that all formulas met the criteria of granule evaluation. The results of tablet evaluation showed that of the three formulas met the criteria except for the tablet hardness evaliation of formula 2%, in which the lozenges had 3.5 kg hardness. Ethanol extract of randu leaves (<em>Ceiba pentandra</em> L. Gaertn) can be prepared into lozenges using CMC as a binder using wet granulation method</p>T Ismanelly HanumSiti Indah Lestari
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201304605110.32734/tm.v1i3.260Aktivitas Sitotoksik Fraksi Alkaloid Kulit Batang dan Buah Attarasa (Litsea cubeba Lour.) terhadap Sel Kanker Payudara T47D
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/261
<p>Kanker payudara adalah salah satu jenis dari kanker yang banyak menyerang wanita selain kanker mulut rahim. Tingginya angka kejadian dan resistensi agen kemoterapi menyebabkan perlu dilakukan pencarian bahan alam dengan aktivitas antikanker. Penggunaan bahan alam diharapkan dapat mengatasi resistensi dan efek samping yang terjadi ketika digunakan kemoterapi konvensional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antikanker fraksi kloroform (alkaloid) kulit batang dan buah attarasa pada sel T47D. Ekstrak etanol diekstraksi dengan cara maserasi dan difraksinasi dengan n-heksana dan kloroform pada pH 3, 7, 9. Pengujian sitotoksik secara in vitro menggunakan metode MTT yang kemudian dianalisis menggunakan SPSS 21. Hasil uji sitotoksik (IC50) yang diperoleh setelah pemberian fraksi alkaloid kulit batang dan buah attarasa pH 7 dan 9 adalah sebesar 46,60 ± 0,19; 123,01 ± 14,63 dan 35,89 ± 1,04; dan 98,31 ± 2,51 µg/mL. Fraksi alkaloid kulit batang dan buah attarasa bersifat sitotoksik terhadap sel kanker payudara T47D.</p> <p> </p> <p>Breast cancer is one type of cancer that attacks many women in addition to cervical cancer. The high incidence and resistance of chemotherapy agents causes the need to search for natural products with anticancer activities. The use of natural product is expected to overcome resistance and side effects that occur when used conventional chemotherapy. This research aimed to</p> <p>evaluate the anti-cancer activity of chloroform fraction (alkaloid) from cortex and Fructus of Attarasa on T47D cell. The ethanol extract was prepared by maceration method and then fractionated using n-hexane and chloroform at pH 3, 7, and 9. In vitro study of cytotoxic activity was performed using MTT method, then analyzed using SPSS 21. The IC<sub>50</sub> values of cytotoxic activity of alkaloid fraction from cortex and Fructus of Attarasa at pH 7 dan 9 were 46.60 ± 0.19; 123.01 ± 14.63 and 35.89 ± 1.04; dan 98.31 ± 2.51 µg/mL. Alkaloid fraction from cortex skin and Fructus of Attarasa has cytotoxic activity on Breast Cancer T47D Cell</p>Aminah DalimunthePoppy Anjelisa Zaitun HasibuanJansen SilalahiDenny Satria
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201305205510.32734/tm.v1i3.261Desain Senyawa Turunan Kuersetin sebagai Inhibitor Pertumbuhan Candida Albicans Menggunakan Analisis QSAR
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/262
<p>Candida albicans adalah sejenis jamur oportunistik yang patogen bagi manusia dan terlibat dalam proses Oral Candidiasis (OC). Candida albicans merupakan spesies yang paling umum diisolasi dalam kasus klinis infeksi jamur invasif. Candida albicans hidup secara komensal di usus, faringeal oral, saluran kemih dan kulit. Senyawa alam seperti flavonoid, telah banyak dikembangkan untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans salah satu diantaranya adalah kuersetin yang memiliki nilai MIC 197 µg/mL dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Upaya peningkatan daya penghambatan kuersetin dalam proses inhibisi pertumbuhan Candida albicans dapat dilakukan dengan memodifikasi struktur kimia senyawa kuersetin secara komputasi. Penentuan MIC senyawa inhibitor candida albicans dari turunan kuersetin secara komputasi dilakukan menggunakan analisis QSAR dengan penentuan deskriptor menggunakan hyperchem dengan metode semi empiric Austin Model 1 dan analisis regresi multilinier (MLR) untuk menentukan model persamaan QSAR. Dari 24 persamaan QSAR yang dihasilkan, ditentukan persamaan QSAR terbaik untuk menentukan nilai MIC prediksi senyawa turunan kuersetin, yaitu : MIC = 970.428 + (0.025 Energi Ikat) + (110.503 Energi HOMO) + (-100.354 Energi LUMO) + (-37.142 log P).Dari 91 senyawa turunan kuersetin yang diuji, diperoleh 74 senyawa yang memiliki nilai MIC lebih kecil dari kuersetin dan senyawa 2,6-diisopropil kuersetin merupakan senyawa dengan MIC terkecil yaitu 27.28 µg/mL. Modifikasi struktur kimia senyawa kuersetin dapat meningkatkan aktivitas kuersetin sebagai inhibitor pertumbuhan candida albicans.</p> <p> </p> <p>Candida albicans is a type of opportunistic fungus that is pathogenic to humans and involved in the pathogenesis of Oral Candidiasis (OC). Candida albicans is the most commonly isolated species in clinical cases of invasive fungal infections. Candida albicans lives commensally in the intestine, oral pharyngeal, urinary tract and skin. Natural compounds such as flavonoids, have been developed to inhibit the growth of Candida albicans. one of them was quercetin which had a MIC value of 197 µg / mL in inhibiting the growth of Candida albicans.In Effort to increase the inhibitory activity of quercetin in inhibiting the growth of Candida albicans can be done by modifying the chemical structure of quercetin by computational method.The MIC determination of inhibitory compounds of albicans candida from derivatives quercetin was carried out computationally using QSAR analysis by determining descriptors using hyperchem with Austin Model 1 semi empiric method and multilateral regression analysis (MLR) to determine the QSAR equation model. Of all the 24 QSAR equations, the best QSAR equation was evaluated to determine the predicted MIC value of quercetin derivative compounds, MIC = 970,428 + (0.025 Bond Energy) + (110,503 Energy HOMO) + (-100,354 LUMO Energy) + (-37,142 log P ). Of all the 91 quercetin derivative compounds tested, there were 74 compounds that had MIC values smaller than quercetin, 2,6-diisopropyl quercetin showed the smallest MIC value of 27.28 µg / mL. Modification of quercetin chemical structure can increase the activity of quercetin as a growth inhibitor of albicans candida</p>Esti MumpuniAgus PurwangganaEsti MulatsariYafi Lakstian
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201305606010.32734/tm.v1i3.262Efek Pemberian Jamu Selama 45 Bulan terhadap Fungsi Ginjal pada Pasien Geriatri dengan Hipertensi dan Diabetes Mellitus di Rumah Riset Jamu Tawangmangu: Studi Kasus
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/263
<p>Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut yang memiliki karakteristik multipatologi, daya faali menurun, dan dengan tanda penyakit yang tidak khas. Terapi pengobatan yang diterima pasien geriatri sangat kompleks sehingga sering menimbulkan Drug Related Problem terutama pada organ ginjal. Jamu menjadi terapi alternatif pada pasien geriatri yang memerlukan terapi jangka lama. Tujuan studi kasus ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian jamu pada pasien geriatri yang sudah berobat dalam jangka waktu 45 bulan terhadap fungsi ginjal. Metode penelitian ini merupakan studi kasus berdasarkan data rekam medis di Rumah Riset Jamu Tawangmangu terhadap pasien geriatri yang secara rutin kontrol dan periksa ureum atau kreatinin selama 45 bulan dan masih mengkonsumsi jamu hingga bulan April 2018. Untuk melihat pengaruh jamu pada ginjal dilakukan pemeriksaan Glomerulus Filtration Rate (GFR). Hasil: Seorang laki-laki umur 61 tahun dengan keluhan tangan kanan merasa kesemutan. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus lebih dari 15 tahun. Tekanan darah 140/90 mmHg dan tanda vital serta pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium Gula Darah Puasa (GDP) 227 mg/dL, ureum dan kreatinin diperiksa setelah bulan kelima pasien minum jamu yaitu ureum 35 mg/dL dan kreatinin 0,89 mg/dL. Selama minum jamu terjadi fluktuasi nilai GFR pasien tetapi tidak sampai menurun hingga kategori berat. Pada akhir bulan ke-45 meskipun terjadi penurunan GFR pasien dibanding pemeriksaan GFR yang pertama tetapi masih dalam kategori yang sama dengan nilai GFR pertama kali periksa (kategori ringan). Kesimpulan: Pemberian jamu dalam jangka waktu 45 bulan secara berturut-turut pada pasien geriatri tidak menyebabkan penurunan GFR signifikan.</p> <p> </p> <p>Geriatric patients are elderly patients who have the characteristics of multi pathology, decreased physiology, and atypical symptom of a disease. Treatment received by geriatric patients is very complex so it often leads to Drug-Related Problems, especially in the kidney organs. Jamu is an alternative therapy for geriatric patients who need long-term therapy. The objective of this case study was to evaluate the effect of Jamu (herbs) on kidney function of geriatric patients who have been treated for 45 months. The research method was a case study based on the medical record of geriatric patients at Jamu Research Center in Tawangmangu who routinely control and examine for their urea or creatinine levels for 45 months and still consume herbs until April 2018. In order to evaluate the effect of jamu on the kidney, Glomerulus Filtration Rate (GFR) was examined. Results: A 61-year-old male with a right hand feeling tingling. Patients have a medical history of hypertension and diabetes mellitus for more than 15 years. His blood pressure was 140/90 mmHg, meanwhile, the vital signs and other physical examinations were within normal levels. Laboratory tests of Fasting Blood Sugar (GDP) showed a level of 227 mg / dL, urea and creatinine levels were examined after the fifth month consumed jamu, the urea level was 35 mg / dL and creatinine level was 0.89 mg / dL. During jamu consumption there was a fluctuation in the patient's GFR but not until the severe category. At the end of the 45th month, despite a decrease in the patient's GFR compared to the first GFR examination but still in the same category as the first GFR score (mild category). Conclusion: Jamu consumption for 45 consecutive months in geriatric patients did not cause a significant reduction in GFR</p>Fajar NoviantoAgus TriyonoPeristiwan R Widhi Astana
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201306106610.32734/tm.v1i3.263Mikroenkapsulasi Metronidazol Menggunakan Hemiselulosa Tongkol Jagung (Zea Mays L.) Dengan Metode Gelasi Ionik
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/264
<p>Pengembangan inovasi bentuk sediaan farmasi yang dapat menunda pelepasan obat merupakan hal yang mempunyai peluang besar, misalnya bentuk sediaan farmasi dengan teknologi penyalutan. Contoh yang penting dari bentuk sediaan ini adalah sediaan mikroenkapsulasi dalam bentuk mikropartikel. Pemanfaatan limbah tongkol jagung yang mengandung hemiselulosa tinggi, dapat dibuat menjadi sediaan mikropartikel yang berfungsi sebagai (carier) obat, selama ini belum pernah dilakukan. Alasan lain pemanfaatan tongkol jagung masih sangat terbatas, pada umumnya hanya sebagai bahan pangan ternak dan bahan bakar. Sifat hemiselulosa yang non toksik mukoadhesif, biodegradabel, biokompatibel serta tingkat imunogenitas yang rendah juga adalah salah satu kriteria yang sangat baik dijadikan sebagai carier obat. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan mikropartikel menggunakan metode gelasi ionik dengan variasi berat dari hemiselulosa tongkol jagung dengan model obat metronidazole dan untuk melihat evaluasi serta karakteristik mikropartikel hemiselulosa tongkol jagung. Mikropartikel hemiselulosa dibuat dengan metode gelasi ionik yang memiliki keuntungan yaitu karena prosesnya yang sederhana, tidak menggunakan pelarut organik, dan pembuatannya dapat dikontrol. Proses pembentukan partikel terjadi karena adanya kompleksasi akibat muatan yang berbeda antara polisakarida dan counter ion sehingga mengalami gelasi ionik dan presipitasi membentuk partikel yang sferis. Sediaan dibagi menjadi lima, formula dengan variasi hemiselulosa (F1)100mg, (F2)200mg, (F3)300mg, (F4)400mg dan (F5) 500mg. Evalusi terhadap mikropartikel hemiselulosa meliputi: organoleptik, uji kelarutan mikropartikel, uji distribusi ukuran partikel (Uji PSA), Uji SEM,dan uji FTIR. Mikropartikel yang terbentuk dengan metode gelasi ionik menunjukkan hasil organoleptis yaitu bentuk serbuk, warna coklat muda, tidak berasa, tidak berbau. Hasil uji kelarutan menuknjukkan bahwa hemiselulosa mudah larut dalam suasana alkali (NaOH 0,1N). Pengukuran mikropartikel dilakukan dengan PSA (Particle Size Analyzer) menunjukkan bahwa F(1) memiliki ukuran partikel yang terkecil yaitu :0,45336 µm, F(2):0,63593 µm, F(3):0,71732 µm, F(4):0,89322 µm dan F(5):0,91857 µm. Data FTIR menujukkan mikropartikel hemiselulosa memiliki gugus fungsi : OH, CH, C=O, C-OH, C-C, Sedangkan hasil SEM menunjukkan bahwa bentuk partikel yang diperoleh berupa partikel kecil yang berpori yang memberikan gambran tentang sifat alir dan pelepasan zat aktif yang baik dalam proses enkapsulasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode gelasi ionik merupkan metode yang baik dalam membuat mikropartikel dan hemiselulosa tongkol jagung dapat dibuat mikropartikel yang baik dan telah memenuhi evaluasi dan karakteristik yang standar dibandingkan dengan hemiselulosa yang ada dipasaran (buatan pabrik). Hasil SEM membuktikan bahwa ukuran partikel adalah mikropartikel yang memiliki pori sehingga baik digunakan sebagai sediaan mikroenkapsulasi.</p> <p> </p> <p>The innovative development of pharmaceutical dosage forms that can control the drug release has a great opportunity, for example, pharmaceutical dosage forms with coating technology. An important example of this dosage form is microencapsulation in the form of microparticles. The use of corncob waste containing high hemicellulose can be made into microparticle with function as (carrier) drugs, so far it has never been done. Another reason is the utilization of corn cobs is still very limited, generally only as food for livestock and fuel. The properties of hemicellulose which are non-toxic mucoadhesive, biodegradable, biocompatible and low immunogenicity have also met the criteria to be developed as drug carriers. The research aimed to prepare microparticle using an ionic gelation method with a variation of the weight of the hemicellulose corn cobs with metronidazole as a drug model and to evaluate and characterize the hemicellulose corn cob microparticles. Hemicellulose microparticles which are made by ionic gelation method have several advantages, including the process is simple, does not use organic solvents, and can be controlled. The process of particle formation occurs because of the complexation due to the different charge between the polysaccharide and counter ion so that undergo ionic gelation and precipitation to form spherical particles. The preparation is divided into five formulas with variations in hemicellulose (F1) 100mg, (F2) 200mg, (F3) 300mg, (F4) 400mg and (F5) 500mg. The evaluation of hemicellulose microparticles includes organoleptic, microparticle solubility test, particle size distribution test (PSA test), SEM and FTIR examinations. Microparticles formed by ionic gelation method showed organoleptic characteristics, including powder form, light brown color, tasteless, odorless. The solubility test results showed that hemicellulose easily dissolved in an alkaline solution (0.1N NaOH). The measurement of microparticles carried out with PSA (Particle Size Analyzer) showed that F (1) had the smallest particle size, which was 0.45336 µm, F (2): 0.63593 µm, F (3): 0.71732 µm, F ( 4): 0.89322 µm and F (5): 0.91857 µm. FTIR data showed that the hemicellulose microparticles have functional groups: OH, CH, C = O, C-OH, CC, whereas SEM results showed that the particle shape obtained was a porous small particle which gave a description of good flow properties and release of active substances in encapsulation process. The results obtained showed that the ionic gelation method was a good method for preparing microparticles and hemicellulose corn cobs which met the standard criteria of evaluation and characteristics compared to those in the market (factory-made). The SEM results proved that the particle size was microparticles that contain pores which can be used in microencapsulation preparations</p>Gabena Indrayani DalimuntheMuchlisyam Muchlisyam
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201306707310.32734/tm.v1i3.264Inventarisasi Tumbuhan Obat Family Zingiberaceae di Masyarakat Keumala Kabupaten Pidie
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/265
<p>Penggunaan tumbuhan sebagai obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat yang tinggal di pedesaan. Pengetahuan pemanfaatan tumbuhan obat di wariskan secara turun temurun. Seiring dengan perkembangan waktu, kemajuan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi, telah meningkatkan penggunaan tumbuhan obat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui cara masyarakat di Kabupaten Pidiekhususnya di Kecamatan Keumala dalam memanfaatkan tumbuhan obat. Metode yang digunakan adalah metode PRA (Participatory Rural Appraisal), yaitu proses pengkajian yang berorientasi pada keterlibatan dan peran masyarakat secara aktif dalam penelitian yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa terdapat 8 spesies tumbuhan obatyang berasal dari family Zingiberaceae yang digunakan sebagai tanaman obat oleh masyarakat Pidie.Spesies tersebut antara lain Temulasi, Temulawak, Halia, Halia Merah, Boh Rangkueh, Boh Cuko, Kunyet Molay, dan Kunyet, yang semuanya berstatus di budidayakan. Bagian yang digunakan adalah Rimpang. Diharapkan penelitian ini berpotensi untuk menemukan jenis tanaman obat baru (bioprospecting) yang bermanfaat bagi farmasi dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat luas.</p> <p> </p> <p>The utilization of medicinal plant has long been conducted by Indonesian people, especially people who live in rural areas. Knowledge of the use of medicinal plants started from generation to generation. Along with the development of science and technology, the utilization of medicinal plants has increased. The research aimed to find out how the people in Pidie Regency, especially in Keumala District, use medicinal plants. The method used is the Participatory Rural Appraisal (PRA) method, which is an assessment process that is oriented to the involvement and active role of the community in research which data collection through interviews and observations. Based on the results of interviews, there were 8 species of medicinal plants from family Zingiberaceae were used as medicinal plants by the Pidie community. These include Temulasi, Temulawak, Halia, Halia Merah, Boh Rangkueh, Boh Cuko, Kunyet Molay, and Kunyet, all of them were cultivated plants. The part used was Rhizome. The potential medicinal plants in pharmacy to improve public health could be discovered through this research.</p>Saudah SaudahErnilasari ErnilasariMulia Aria SuzanniIrhamni IrhamniDiana Diana
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201307407710.32734/tm.v1i3.265Pengujian Sifat Fisik dan Aktivitas Antibakteri Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain)
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/266
<p>Daun Lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain) diketahui mengandung senyawa polifenol, flavonoid dan saponin yang merupakan agen antibakteri. Lidah mertua memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun lidah mertua dalam sediaan gel yang memiliki aktivitas antibakteri terbesar dalam penurunan jumlah angka kuman. Ekstraksi daun lidah mertua menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Variasi konsentrasi ekstrak daun lidah mertua dalam sediaan gel hand sanitizer yang digunakan yaitu F1 (10%), F2 (15%) dan F3 (20%). Na CMC digunakan sebagai gelling agent dalam formulasi. Sediaan gel hand sanitizer daun lidah mertua diuji aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli menggunakan metode difusi sumuran, sifat fisik (organoleptik, homogenitas, pH, viskositas, daya sebar dan daya lekat) serta penurunan jumlah angka kuman dengan metode swabbing. Hasil uji aktivitas antibakteri gel hand sanitizer ekstrak daun lidah mertua memiliki zona hambat bakteri terhadap Escherichia coli pada F1, F2 dan F3 berturut-turut sebesar 7,33 mm, 8,67 mm dan 9,75 mm. Hasil evaluasi sifat fisik gel daun lidah mertua memenuhi kriteria gel yang baik, namun memiliki daya lekat kurang 1 detik. Hasil penurunan jumlah angka kuman gel hand sanitizer daun lidah mertua paling besar pada F3 sebesar 52%. Namun, analisa statistik dengan Anova One Way menunjukkan bahwa F1 (32%), F2 (35%) dan F3 (52%) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam penurunan jumlah angka kuman. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan gel hand sanitizer ekstrak daun lidah mertua memiliki kemampuan dalam menurunkan angka kuman dan dapat digunakan sebagai alternatif sebagai sediaan gel hand sanitizer.</p> <p> </p> <p> </p> <p>Lidah Mertua leaves (<em>Sansevieria trifasciata</em> Prain) are known to contain polyphenols, flavonoids, and saponins which have antibacterial activity. Lidah Mertua leaves have antibacterial activity against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. This study aimed to determine the concentration of Lidah Mertua leaves extract in a gel dosage form which showed the highest antibacterial activity in decreasing germ numbers. Lidah Mertua leaves extract was prepared using the maceration method with ethanol 96%. There was a various concentration of Lidah Mertua leaves extract in gel hand sanitizer, these include F1 (10%), F2 (15%) and F3 (20%). Na CMC is used as a gelling agent in the formulation. The evaluation of the antibacterial activity of hand sanitizer gel leaves was performed against <em>Escherichia coli</em> using disc diffusion method, meanwhile physical properties (organoleptic, homogeneity, pH, viscosity, dispersion and adhesion) and a decrease in the germ numbers were determined by swabbing method. The results of the antibacterial evaluation of gel hand sanitizer activity showed that lidah Mertua leaves extract had a bacterial inhibition zone against <em>Escherichia coli</em> in F1, F2 and F3 of 7.33 mm, 8.67 mm and 9.75 mm respectively. The results of the evaluation of the physical properties of the lidah mertua leaves extract showed that the gel met criteria of a good gel, but had adhesion less than 1 second. The highest activity in decreasing term number was shown in gel hand sanitizer of lidah mertua leaves extract at F3 which was 52%. However, statistical analysis using Anova One Way showed that F1 (32%), F2 (35%) and F3 (52%) did not show a significant difference in decreasing germ numbers. Based on the results of this study, it can be concluded that the hand sanitizer gel from the extract of lidah mertua leaves has the ability to reduce the number of germs and can be used as an alternative as a gel hand sanitizer dosage form</p>Setyo NurwainiIntan Dewi Saputri
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201307808510.32734/tm.v1i3.266Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Biwa (Eriobotrya japonica (Thunb.) Lindl.) Terhadap DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/267
<p>Biwa (Eriobotrya japonica (Thunb.) Lindl.) dapat tumbuh dengan mudah di dataran tinggi di Sumatera Utara. Tanaman ini memiliki banyak khasiat dalam mengobati berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan daun E. japonica dengan menggunakan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Daun E. japonica dimaserasi menggunakan etanol 96%. Ekstrak diuji dengan metode pemerangkapan radikal bebas menggunakan DPPH. Kuersetin digunakan sebagai antioksidan standar. Ekstrak diukur pada konsentrasi 0, 20, 40, 60 dan 80 ppm dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 516 nm, setelah diinkubasi 15 menit dengan DPPH. Daun E. japonica memiliki nilai IC50 56,59 µg/mL sedangkan IC50 kuersetin adalah 4,36 µg/mL. Sehubungan dengan itu, daun E. japonica digolongkan sebagai antioksidan kuat dan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut.</p> <p> </p> <p>Biwa (<em>Eriobotrya japonica</em> (Thunb.) Lindl.) can grow easily in the highlands in North Sumatra. This plant can be used to treat various diseases. This research aimed to evaluate the antioxidant activity of E. japonica leaves using DPPH (1,1-diphenyl-2-pikrilhidrazil). E. japonica leaves were macerated using ethanol 96%. The extract was evaluated by free radical scavenging method using DPPH. Quercetin was used as standard antioxidant. The extract was measured with concentrations of 0, 20, 40, 60 and 80 ppm using spectrophotometer at 516 nm wavelength, after incubated with DPPH for 15 minutes. E. japonica leaves showed the IC<sub>50 </sub>value of 56,59 µg/mL, meanwhile, the IC<sub>50</sub>value of quercetin was 4,36 µg/mL. According to the result, E. japonica leaf was categorized as strong anti-oxidant and can be further developed</p>Marianne MarianneRevi SeptianiYuliana Yuliana
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201308608910.32734/tm.v1i3.267Uji Aktivitas Antelmintik Ekstrak Etanol Daun Ekor Naga (Rhaphidophora pinnata (L.) Schott) Secara In Vitro
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/268
<p>Kecacingan merupakan permasalahan kesehatan di dunia. Munculnya strain cacing parasit yang resisten terhadap antelmintik menyebabkan pengobatan kecacingan menjadi sulit. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian sumber antelmintik baru. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui skrining simplisia dan ekstrak serta aktivitas antelmintik ekstrak etanol daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata(L.)Schoot).Ekstrak didapatkan dengan mengekstraksi serbuk simplisia daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.) Schoot) dengan etanol 80% secara maserasi. Uji aktivitas antelmintik menggunakan cacing Pheretima hupiensis. Pirantel pamoat dengan konsentrasi 20 mg/mL digunakan sebagai kontrol positif. Aktivitas antelmintik ekstrak etanol daun ekor naga ditentukan berdasarkan waktu paralisis dan lisis Pheretima hupiensis. Hasil pengujian serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun ekor naga mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid. Ekstrak etanol daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata(L.) Schoot) memiliki aktivitas antelmintik terhadap cacing Pheretima hupiensis pada konsentrasi 30, 20, 15, 10, 5 mg/mL mampu membunuh cacing dengan waktu berturut-turut adalah 29,22; 46,80; 63,69; 82,66; 131,28 menit. Kelompok kontrol positif (pirantel pamoat) memiliki waktu kematian 107,64 menit sedangkan control negatif memberikan hasil negatif. Analisis statistika waktu kematian cacing dengan uji Tukey menunjukkan perbedaan secara signifikan dengan nilai p<0,05. Ekstrak etanol daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.) Schoot) mempunyai daya antelmintik terhadap cacing Pheretima hupiensis. Aktivitas antelmintik meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak ethanol daun ekor naga.</p> <p> </p> <p>Worms are a health problem in the world. The emergence of parasitic worm strains that are resistant to anthelmintics makes worm treatment difficult. Therefore it is necessary to find new anthelmintic agent. This study was carried out to determine the phytochemical screening pf dried powder materialand extract as well as the antelmintic activity of ethanol extract of ekor naga leaves (Rhaphidophora pinnata (L.) Schoot).</p> <p>The extract was obtained by maceration of dried powder of Ekor Naga (Rhaphidophora pinnata (L.) Schoot) leaves using ethanol 80%. The anthelmintic activity was evaluated on Pheretima Hupiensis. Pyrantel pamoate with a concentration of 20 mg/mL was used as a positive control. The anthelmintic activity of Ekor Naga leaves ethanol extract was performed based on time of paralysis and lyse of Pheretima Hupiensis. The phytochemical screening of dried powder material and extract of Ekor naga leaves ethanol extract showed the presence of alkaloids, flavonoids, glycosides, saponins, tannins, and steroid/triterpenoid. The ethanol extract of Ekor naga leaves (<em>Rhaphidophora pinnata </em>(L.) Schoot) displayed the anthelmintic activity on Pheretima Hupiensis with concentrations of 30, 20, 15, 10, 5 mg/mL that were able to destroy worms within 29,22; 46,80; 63,69; 82,66; 131,28 minutes, respectively. Positive control (pyrantel pamoate) induced worm mortality in 107,64 minutes meanwhile negative control did not induce mortality. Statistical analysis of worm mortality time by post hoc Tukey showed that there was a significant difference with p<0,05. Ethanol extract of Ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.) Schoot) leaves demonstrated anthelmintic activity on <em>Pheretima Hupiensis</em>. Anthelmintic activity increased with increasing concentrations of ethanol extract of Ekor naga leaves</p>Masfria MasfriaSyaiful Amri LubisLenny Lenny
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201309009410.32734/tm.v1i3.268Identifikasi Dan Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Akar Kuning (Fibraurea chloroleuca Miers)
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/269
<p>Akar kuning (Fibraurea chloroleuca Miers) merupakah salah satu tumbuhan obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit. Untuk menjadikan akar kuning sebagai tumbuhan obat yang sesuai standar, perlu dilakukan standardisasi. Salah satu standardisasi sediaan obat tradisional adalah penetapan kadar salah satu kandungan senyawa aktif dalam akar kuning. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan flavonoid dan menentukan kadar flavonoid total ekstrak akar kuning. Penelitian ini menggunakan metode maserasi untuk memperoleh ekstrak kental akar kuning dengan pelarut etanol 70%. Untuk menetapkan kadar flavonoid total dari ekstrak akar kuning dilakukan uji kualitatif dan pengukuran absorbansi melalui spektrofotometri UV-Vis dengan larutan standar kuersetin. Hasil penelitian secara kualitatif menunjukkan bahwa akar kuning mengandung flavonoid setelah penambahan AlCl3 1% dengan kadar flavonoid total yang terkandung dalam ekstrak akar kuning melalui pengukuran spektrofotometri Uv-Vis pada panjang gelombang maksimum 442 nm adalah 0,31031 ± 0,013607%. Berdasarkan hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak akar kuning mengandung flavonoid dengan kadar sebesar 0,31031 ± 0,013607%.</p> <p> </p> <p>Akar kuning (<em>Fibraurea chloroleuca</em> Miers) is one of the traditional medicinal plants to treat various diseases. To prepare akar kuning as a medicinal plant according to the standard, standardization needs to be done. One of standardization parameter of traditional medicine is the determination of the content of one of the active compounds in akar kuning. This research aimed to identify flavonoid content and determine the total flavonoid content of akar kuning ekstrak. The study used maceration method with ethanol 70% to prepare crude extract of akar kuning. To determine the total flavonoid content of akar kuning extract, the qualitative study and absorbance measurement using UV-Vis Spectrophotometer with quercetin as standard were performed. The results of qualitative study showed that akar kuning contained flavonoids which evaluated by the addition of 1% AlCl<sub>3</sub>, with the total flavonoid content of akar kuning extract by UV-Vis spectrophotometry measurements at a maximum wavelength of 442 nm was 0.31031 ± 0.013607%. Based on the results above, it can be concluded that yellow root extract contains flavonoids with levels of 0.31031 ± 0.013607%</p>Mauritz Pandapotan MarpaungRiska Choirunnisa Wahyuni
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201309509810.32734/tm.v1i3.269Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Nanoemulsi Gel Vitamin E (Alfa Tokoferol) Sebagai Anti-Aging kulit
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/270
<p>Vitamin E merupakan salah satu bahan yang dapat melindungi kulit dari berbagai kerusakan kulit yang disebabkan radikal bebas seperti kulit menjadi kering dan berkeriput yang dapat menyebabkan penuaan dini. Bentuk sediaan nanoemulsi gel sangat bermanfaat digunakan sebagai anti-aging kulit karena memiliki kestabilan yang tinggi dengan ukuran partikel yang kecil dan penetrasi dari bahan aktif ke kulit yang lebih mudah. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan vitamin E dalam sediaan nanoemulsi gel dan mengevaluasi aktivitas anti-aging kulit dari sediaan. Nanoemulsi gel diformulasi dalam 3 formula yaitu F1, F2 dan F3 dengan variasi jumlah vitamin E (1%, 3%, dan 5%), sebagai fase minyak adalah minyak zaitun, Tween 80 sebagai surfaktan dan sorbitol sebagai ko-surfaktan dengan basis gel karbopol 940. Evaluasi stabilitas sediaan nanoemulsi gel meliputi uji sentrifugasi, homogenitas, pengukuran viskositas, pH, pengamatan organoleptis dan pengukuran ukuran partikel dan evaluasi aktivitas anti-aging sediaan nanoemulsi gell dari formula terpilih, Semua formula nanoemulsi gel berwarna kuning transparan, stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar dan formula F3 menunjukkan ukuran partikel yang paling kecil yaitu 129,90 nm dan 492,93 nm setelah penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar dan tetap stabil, sedangkan emulsi gel terjadi pemisahan fase (tidak stabil). Hasil aktivitas anti-aging sediaan nanoemulsi gel lebih baik dibandingkan sediaan emulsi gel dalam hal peningkatan kadar air, pengecilan pori, pengurangan noda dan jumlah keriput pada kulit. Kesimpulan dari penelitian adalah sediaan nanoemulsi gel vitamin E lebih stabil dan memiliki aktivitas anti-aging yang lebih baik dibandingkan dengan sediaan emulsi gel.</p> <p> </p> <p>Vitamin E is acompound that can protect the skin from various skin damage caused by free radicals such as dry and wrinkled skin which can cause premature aging. Nanoemulsion gel dosage form is very useful to be used as anti-aging skin because it has high stability with small particle size and easier penetration of active ingredients to the skin.This study aimed to formulate vitamin E in nanoemulsion geldosage form and evaluate its skin anti-aging activity. Nanoemulsion gel was formulated in 3 formulas namely F1, F2 and F3 with various amount of vitamin E (1%, 3% and 5%), as oil phase was olive oil, Tween 80 as surfactant and sorbitol as co-surfactant with carbopol gel base 940.The stability evaluation of nanoemulsion gel dosage form included centrifugation, homogeneity, viscosity, pH, organoleptic observation and particle size measurement and evaluation of anti-aging activity of nanoemulsion gel from selected formulas, all transparent nanoemulsion gel formulas were yellow in colour, stable for 12 weeks storage at temperature rooms and F3 formulas showed the smallest particle size of 129.90 nm and 492.93 nm after 12 weeks of storage at room temperature and remain stable, while the emulsion gel was separated (unstable).The results showed that anti-aging activity of nanoemulsion gel were better than emulsiongel in terms of increased moisture content, pore reduction, reduction of stains and the amount of wrinkles on the skin. It can be concluded that that the vitamin E nanoemulsion gel is more stable and has better anti-aging activity compared to the emulsion gel.</p>Nita TirmiaraAnayanti AriantoHakim Bangun
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201309910510.32734/tm.v1i3.270Skrining Mekanisme Kerja Daun Malaka (Phyllanthus emblica L.) Sebagai Antidiabetes
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/271
<p>Daun malaka (Phyllanthus emblica L.) mempunyai potensi digunakan sebagai alternatif obat antidiabetes. Daun malaka menunjukkan efek hipoglikemia pada tikus yang diinduksi aloksan. Namun, mekanisme kerjanya belum diketahui pasti. Penelitian ini dilakukan dalam rangka skrining mekanisme kerja daun malaka sebagai antidiabetes. Skrining mekanisme kerja dilakukan terhadap fraksi air daun malaka melalui uji aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase serta α-amilase secara in vitro dan pengujian aktivitas insulin-sensitizer terhadap ekstrak daun malaka dengan metode tes toleransi insulin secara in vivo. Fraksi air daun malaka menunjukkan aktivitas inhibisi terhadap enzim α-glukosidase serta α-amilase dengan nilai IC50 (Inhibitor Concentration 50) pada kedua enzim tersebut berturut-turut adalah 0,87% dan 8,64% b/v. Pada uji aktivitas insulin sensitizer, pemberian ekstrak daun malaka dapat meningkatkan sensitivitas insulin pada tikus diabet dengan kondisi resistensi insulin. Nilai KTTI pada kelompok tikus diabet yang diberi ekstrak daun malaka dosis 100 dan 500 mg/kgbb tikus (74,89 dan 75,57) lebih tinggi dibandingkan kelompok tikus diabet (38,41) dan kadar glukosa darah yang lebih rendah selama interval waktu pengukuran. Daun malaka telah diketahui mampu meningkatkan sekresi insulin dan pada penelitian ini menunjukkan aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase serta α-amilase secara in vitro dan menunjukkan aktivitas insulinsensitizer pada tikus diabet dengan kondisi resistensi insulin.</p> <p> </p> <p>Malaka leaf (<em>Phyllanthus emblica</em> L.) has the potential to be used as an alternative antidiabetic drug. Malacca leaves showed hypoglycemia effect in rat induced by alloxan. However, the mechanism of action is not yet known. This study was conducted to evaluate the mechanism of action of Malaka leaves as antidiabetic. Screening of the mechanism of action was carried out on the water fraction of Malaka leaf byinhibitory activity examination on α-glucosidase and α-amylase by in vitro studyand Evaluation of insulin-sensitizer activity of Maaka leaf leaf extract was conducted by invivo insulin tolerance test method. Malaka leaf water fraction showed inhibitory activity against the α-glucosidase and α-amylase with IC<sub>50</sub> values (Inhibitory Concentration 50) of0.87% and 8.64% b / v on both enzyme, respectively. The evaluation of insulin sensitizer revelead that administration ofMalaka leaf extract can increase insulin sensitivity in diabetic rat with insulin resistance.KTTI values in diabetic rats given malaka extract at the dose of 100 and 500 mg / kg BW (74.89 and 75.57) were higher than diabetics rat (38.41) and the extract also decrease blood glucose levels during measurement time intervals . Malaka leafhas been known to increase insulin secretion and the study showedthe inhibitory activity on α-glucosidase and α-amylase by in vitro study and showed insulinsensitizer activity in diabetic rat with insulin resistance.</p>Novi Irwan FauziSeno Aulia ArdiansyahSaeful Hidayat
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201310611010.32734/tm.v1i3.271Aktivitas Antelmintik Subfraksi dariFraksi Etanol Daun Pugun Tanoh [Picria fel-teraae (Lour.)]
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/272
<p>Pugun tanoh [Picria fel-terrae (Lour.)] merupakan salah satu tumbuhan obat Indonesia yang memiliki potensi sebagai antelmintik. Ekstrak etanol daun pugun tanoh dan fraksi-fraksinya mampu membunuh cacing parasit Ascaris lumbricoides dan Ascaridia gali. Pengujian terhadap aktivitas antelmintik subfraksi dari ekstrak etanol tersebut perlu dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh senyawa bioaktifnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antelmintik subfraksi dari fraksi etanol daun pugun tanoh. Penelitian dilakukan dengan memfraksinasi 20g fraksi etanol daun pugun tanoh secara kromatografi cair vakum dengan fase gerak landaian n-heksana-etil asetat dan etil asetat-metanol menggunakan fase diam silika gel 60H. Setiap 250 ml cuplikan ditampung dan ditentukan pola kromatogramnya dengan kromatografi lapis tipis menggunakan fase gerak n-heksana-etilasetat (70:30) dan fase diam silika gel GF254. Cuplikan dengan pola kromatografi yang sama dikumpulkan sebagai satu subfraksi. Setelah diuapkan, subfraksi diuji aktivitas antelmintiknya terhadap Pheretima posthuma.Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etanol daun pugun tanoh menghasilkan 4 subfraksi yaitu SF1 (0,10%), SF2 (4,00%), SF3 (4,05%), dan SF4 (73,55%). Waktu kematian P. posthuma akibat paparan SF1, SF2, SF3, dan SF4 masing-masing adalah 77,00 ± 1,00 menit; 56,33 ± 1,76 menit; 79,33 ± 1,33 menit; dan 112,33 ± 0,67 menit. Subfraksi dari fraksi etanol daun pugun tanoh memiliki aktivitas antelmintik dimana SF2 lebih kuat dibandingkan SF3, SF1, dan SF4.</p> <p> </p> <p>Pugun tanoh [Picria fel-terrae (Lour.)] is one of the Indonesian medicinal plants which has the potential as an anthelmintic. Ethanol extract of pugun tanoh leaves and their fractions were able to destroy the parasitic worms Ascaris lumbricoides and Ascaridia. The evaluation of antelmintic activity of subfraction of ethanol extract needs to be done in an effort to obtain its bioactive compounds. This study aimed to determine the anthelmintic activity of subfraction of pugun tanoh leavesethanol fraction. The study was carried out by fractionating 20g ethanol fraction of pugun tanoh leaves by vacuum liquid chromatography with a mobile phase of n-hexane-ethyl acetate and ethyl acetate-methanol using the stationary phase of silica gel 60H.Each 250 ml aliquot was collected and the chromatogram pattern was determined by thin layer chromatography using the n-hexane-ethylacetate(70:30) asmobile phase and silica gel GF254 as stationary phase. The Aliquots with same chromatographic pattern were collected as one subfraction. After being evaporated, the subfraction was tested for its anthelmintic activity against <em>Pheretima posthuma</em>. The results showed that ethanol fraction of pugun tanoh leaves produced 4 subfractions namely SF1 (0.10%), SF2 (4.00%), SF3 (4.05%), and SF4 (73.55%). The time of P. posthuma's death due to exposure to SF1, SF2, SF3, and SF4 was 77.00 ± 1.00; 56.33 ± 1.76; 79.33 ± 1.33; and 112.33 ± 0.67 minutes, respectively. Subfraction of ethanol fraction of pugun tanoh leaves has anthelmintic activity in which SF2 was stronger than SF3, SF1, and SF4</p>Popi PatilayaDadang Irfan HusoriHenny Sri Wahyuni
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201311111310.32734/tm.v1i3.272Pengetahuan Etnofarmakologi Tumbuhan Alang-Alang (ImperatacylindricaL.) Oleh Beberapa Masyarakat Etnik di Indonesia
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/273
<p>Indonesia merupakan Negara dengan keanekaragaman hayati hutan tropika terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Kongo. Keanekaragaman hayati merupakan modal dasar bagi pembangunan nasional yang bermanfaat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tanaman alang-alang (ImperatacylindricaL.) sebagaiobat (etnofarmakologi) padabeberapamasyarakatetnis yang ada di Indonesia. Pemanfaatan tumbuhan alang-alang (ImperatacylindricaL) oleh beberapa masyarakat etnis di Indonesia sangat beragam. Tumbuhan alang-alang digunakan oleh beberapa masyarakat etnis di Indonesia sebagai obat pendarahan, sakit perut, maag, batu ginjal, alergi, dan sebagainya. Pengetahuan lokal yang berbeda-beda dari masyarakat etnis di Indonesia mengenai tanaman alang-alang merupakan sebuah potensi yang besar bagi industri pembuatan obat herbal dari alang-alang. Pengetahuan lokal merupakan modal dasar bagi pembagunan berkelanjutan.</p> <p> </p> <p>Indonesia is a country with the third largest tropical forest biodiversity in the world after Brazil and Congo. Biodiversity is the basic capital for national development that is beneficial for achieving community welfare. The aim of this study was to determine the use of alang-alang (<em>Imperataacylindrica</em>L) as a drug (ethnopharmacology) in several ethnic communities in Indonesia. The utilization of alang-alang (<em>Imperata cylindrica</em>L) by several ethnic communities in Indonesia is very diverse. Alang-alang are used by several ethnic communities in Indonesia for the treatment of bleeding, abdominal pain, ulcers, kidney stones, allergies, and so on. Different local knowledge of ethnic communities in Indonesia regarding alang-alang plants is a great potential for herbal manufacture of alang-alang. Local knowledge is the basic capital for sustainable development</p>Primadhika Al Manar
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201311411610.32734/tm.v1i3.273Potensi Kulit Batang Bungur (Lagerstroemia loudonii Teijsm and Binn.) Sebagai Herbal Antidiabetes dengan Mekanisme Penghambat Alfa-glukosidase
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/274
<p>Tumbuhan bungur (Lagerstroemia loudonii T.B.) termasuk dalam famili Lytrharceae. Famili Lythraceae telah diketahui memiliki aktivitas farmakologi sebagai antidiabetes, antiinflamasi, antimikroba, serta antiobesitas. Daun dan buah bungur (Lagerstroemia loudonii T.B.) memiliki aktivitas dalam menghambat alfa-glukosidase. Berdasarkan teori khemotaksonomi didalam tumbuhan, kemungkinan bagian lain dari tumbuhan bungur memiliki aktivitas dan kandungan kimia yang sama, sehingga dilakukan pengujian aktivitas penghambatan terhadap alfa-glukosidase pada bagian kulit batang bungur. Ekstraksi simplisia dilakukan dengan cara maserasi selama 24 jam menggunakan pelarut etanol 96%. Proses fraksinasi menggunakan cara Ekstraksi Cair-Cair (ECC) dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan air. Pengujian aktivitas penghambatan alfa-glukosidase secara in vitro menggunakan metode kolorimetri dengan alat spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 400,4 nm dengan substrat p-nitrofenil-α-D-glukopiranosid (PNPG). Akarbose digunakan sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak, fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana memiliki nilai IC50 berturut-turut sebesar 240,53±0,47 μg/ml, 186,111±1,02 μg/ml, 79,479±0,52 μg/ml dan 113,101±0,46 μg/ml. Nilai IC50 akarbose adalah sebesar 10,457±1,48 μg/ml. Ekstrak dan fraksi-fraksi (air,etil asetat dan n-heksana) kulit batang bungur mampu menghambat aktivitas enzim α-glukosidase. Aktivitas yang paling baik ditunjukan oleh fraksi etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 79,479±0,52 μg/ml.</p> <p> </p> <p>Bungur (<em>Lagerstroemia loudonii</em> T.B.) is included in the Family Lytrharceae. The Lythraceae has been known to have pharmacological activity as antidiabetic, anti-inflammatory, antimicrobial, and antiobesity. Leaves and fruits of bungur (Lagerstroemia loudonii T.B.) have activities to inhibit alpha-glucosidase. Based on the chemotaxonomy theory in plants, it is possible that other parts of the bungur plant have the same chemical activity and content, Hence the study to evalute the inhibitory activity against alpha-glucosidase was carried out on its bark stem.The extraction of dried powder material was carried out by maceration for 24 hours using 96% ethanol. The extract was fractionated by Liquid-Liquid Extraction (ECC) method with n-hexane, ethyl acetate and water. The In vitro study of alpha-glucosidase inhibition activity using a colorimetric method with a UV-VIS spectrophotometer at a wavelength of 400.4 nm with a p-nitrophenyl-α-D-glucopiranoside (PNPG) substrate was performed. Akarbose was used as a standard drug.The results showed that extract, water fraction, ethyl acetate fraction and n-hexane fraction showed IC<sub>50</sub> values of 240.53 ± 0.47 μg / ml, 186.111 ± 1.02 μg / ml, 79.497 ± 0.52 μg/ ml and 113.101 ± 0.46 μg / ml, respectively. The IC<sub>50</sub>value of bungur was 10.457 ± 1.48 μg / ml. Extracts and fractions (water, ethyl acetate and n-hexane) of bark stem were able to inhibit the activity of α-glucosidase. Theethyl acetate fraction showed the strongestactivity with IC<sub>50</sub> value of 79,479 ± 0.52 μg / ml</p>Soraya RiyantiJulia RatnawatiMuhammad Ibnu ShalehAsep Gana Suganda
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201311712010.32734/tm.v1i3.274Karakterisasi Nanopartikel Ekstrak Bunga Kecombrang dengan Penambahan Poloksamer
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/275
<p>Bunga kecombrang diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Teknologi formulasi nanopartikel diharapkan dapat meningkatkan aktivitas biologis dari ekstrak.Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh nanopartikel dari ekstrak bunga kecombrang dengan karakteristik yang baik.Pembuatan nanopartikel dilakukan dengan penambahan poloksamer dengan variasi konsentrasi 1, 3 dan 5%. Formulasi selanjutnya dianalisis meliputi ukuran partikel rata-rata, indeks polidispersitas, potensial zeta, efisiensi penjeratan dan morfologi partikel menggunakan SEM.Hasil karakterisasi diperoleh ukuran partikel rata-rata ketiga formula berada dalam rentang 134,7-193,1 nm, indeks polidispersitas <0,5 untuk semua formula, nilai potensial zeta antara -41,0 - (-24,3) mV dan efisiensi penjeratan terhadap senyawa flavonoid 89,93-97,99 %. Berdasarkan hasil SEM nanopartikel diketahui berbentuk bulat dengan permukaan yang halus.Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa nanopartikel ekstrak bunga kecombrang dengan penambahan poloksamer 1, 3 dan 5% memiliki karakteristik yang baik dan memenuhi syarat sebagai sediaan nanopartikel.</p> <p> </p> <p>Kecombrang flowers are known to have antioxidant activity. Nanoparticle formulation technology is expected to increase the biological activity of the extract. This study was conducted to obtain the nanoparticles from kecombrang flower extract with good characteristics. The preparation of nanoparticles was carried out by adding poloxamer with various concentrations of 1, 3 and 5%.<br>Furthermore, the formula were analyzed, including the average particle size, polydispersity index, zeta potential, entrapment efficiency and particle morphology using SEM. The results of the characterization obtained an average particle size of the three formulas in the range of 134.7-193.1 nm, polydispersity index <0 , 5 for all formulas, zeta potential values in range of -41.0 - (-24.3) mV and entrapment efficiency of flavonoid compounds of 89.93-97.99%The results of SEM examination showed that nanoparticles was in round form with a smooth surface. Based on the results of the study, itcan be concluded that kecombrang flower extract nanoparticles with the addition of poloxamer 1, 3 and 5% had good characteristics and met the criteria of nanoparticle</p>Tresna LestariTita NofiantiLilis TuslinahRuswanto RuswantoFirda Adityas
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201312112410.32734/tm.v1i3.275Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Piladang (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) Terhadap Kualitas Minyak Ikan
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/276
<p>Solenostemon scutellarioides (L.) Codd dikenal juga dengan nama Piladang (Sumatera Barat) merupakan tanaman obat tradisional yang memiliki berbagai aktivitas salah satunya antioksidan. Antioksidan dapat digunakan untuk mencegah oksidasi dai lemak tak jenuh yang terdapat dalam inyak/lemak sehingga dapat menjaga kualitas minyak/lemak tetap baik dan tahan lama. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh penambahan Ekstrak daun piladang terhadap kualitas minyak ikan (oleum iecoris aselli). Kulaitas minyak ikan ditentukan dengan parameter bilangan asam, bilangan iod dan bilangan peroksida menggunakan metode titrasi. Daun kering Piladang diekstraksi dengan cara sokletasi menggunakan pelarut etanol 70%. Ekstrak daun piladang ditambahkan pada minyak ikan dengan konsentrasi 0%, 1%, 3% dan 5% dengan lama waktu penyimpanan 1, 3, 5 dan 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun piladang dapat memperbaiki kualitas minyak ikan dengan cara menurunkan bilangan asam, meningkatkan bilangan iod dan menurunkan bilangan peroksida. Berdasarkan analisa statistikANOVA dua arah diikuti uji lanjut Duncanmenunjukkan perbedaan nyata antara nilai parametr kualitas minyak ikan terhadap konsentrasi dan lama waktu simpan Semakin tinggi penambahan konsentrasi ekstrak daun piladang maka semakin baik kualitas minyak ikan.</p> <p> </p> <p><em>Solenostemon scutellarioides</em> (L.) Codd also known as Piladang (West Sumatra) is a traditional medicinal plant that has various activities, one of which is antioxidants. Antioxidants can be used to prevent oxidation of unsaturated fatty acid found in oil/fat so can maintain the quality of oil/fat to remain good and durable.</p> <p>This study aimed to determine the effect of adding piladang leaf extract to the quality of fish oil (oleum iecoris aselli). Fish oil quality was determined by acid number parameters, iodine number and peroxide number using the titration method.The dried leaves of Piladang were extracted by soxhletation using 70% ethanol. Piladang leaf extract was added to fish oil with concentrations of 0%, 1%, 3% and 5% with a storage time of 1, 3, 5 and 7 days. The results showed that the addition of piladang leaf extract could improve the quality of fish oil by reducing acid numbers, increasing iodine numbers and decreasing peroxide numbers. The statistical analysis of two-way ANOVA followed by pos hoc Duncan's atest showed a significant difference between the quality of fish oil with the concentration and the length of storage time. The higher the addition of the concentration of piladang leaf extract, the better the quality of fish oil</p>Verawati VerawatiMiftahur RahmiGina Desriyanti
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201312512710.32734/tm.v1i3.276Aktivitas Antiradikal Berbagai Fraksi dari Ekstrak Etanol dan Ekstrak Etil Asetat Daun Eugenia uniflora L
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/277
<p>Penelitian pendahuluan tentang aktivitas antioksidan ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) menunjukkan potensi anti radikal bebas yang tinggi dari kedua ekstrak. Oleh karena itu telah dilakukan fraksinasi ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat daun dewandaru, serta pengujian aktivitas antiradikal dari masing-masing fraksi. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kandungan fenol dan flavonoid total dalam berbagai fraksi tersebut dengan aktivitas antiradikalnya. Daun dewandaru diekstraksi dengan kloroform, etil asetat, dan etanol secara maserasi bertingkat. Selanjutnya dilakukan fraksinasi terhadap masing-masing ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat menggunakan kromatografi kolom gravitasi dengan fase diam silika G60 dan fase gerak campuran perbandingan tertentu antara kloroform, etil asetat, etanol, dan air secara gradien kepolaran. Aktivitas antiradikal diukur secara spektrofotometri dengan pereaksi DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl) dan sebagai pembanding digunakan vitamin E. Penentuan kadar fenol dan flavonoid total dalam fraksi secara spektrofotometri menggunakan pereaksi Folin Ciocalteu untuk penetapan kadar fenol total, sedangkan untuk penentuan kadar flavonoid total menggunakan pereaksi AlCl3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi-fraksi dari ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol daun dewandaru mempunyai aktivitas antiradikal yang cukup tinggi. Lima fraksi dari ekstrak etanol memiliki aktivitas antiradikal lebih tinggi dibanding vitamin E. Aktivitas antiradikal paling tinggi ditunjukkan dengan nilai ARP (antiradical power) sebesar 3496,5 mg DPPH/mg sampel, sedangkan vitamin E sebesar 1776,20 mg DPPH/mg sampel. Korelasi antara kadar fenol maupun flavonoid total dalam berbagai fraksi tersebut dengan aktivitas antiradikalnya menunjukkan korelasi positif dengan korelasi sebesar 0,55 dan 0,45. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa fraksi-fraksi polar daun dewandaru mempunyai aktivitas antiradikal yang lebih tinggi daripada vitamin E, namun aktivitas tersebut berkorelasi rendah dengan kandungan fenol dan flavonoid totalnya.</p> <p> </p> <p>Preliminary research on the antioxidant activity of ethanol and ethyl acetate extracts of Dewandaru leaves (<em>Eugenia uniflora</em> L.) showed high anti-free radical potency from both extracts. Therefore fractionation of the ethanol and ethyl acetate extracts of dewandaru leaves was carried out, as well as evaluation of antiradical activity of each fraction. In addition, this study also aimed to determine whether there is a correlation between the phenol and total flavonoid content in various fractions with their anti-inflammatory activity.Dewandaru leaves were extracted by sequentially maceration with chloroform, ethyl acetate and ethanol.</p> <p>Furthermore, the ethanol and ethyl acetate extracts were fractionated using gravity column chromatography with silica G60 as stationary phase and increasing polarity of mobile phase by varying the ratio of chloroform, ethyl acetate and ethanol. Anti-free radical activity was determined using spectrophotometer and DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl), vitamin E was used as a standard. Determination of total phenol and flavonoid content was determined using spectrophotometer, Folin Ciocalteu reagent was used to determine total phenolic content, meanwhile ALCl3 reagent was used to determine total flavonoid content. The results showed that fractions of ethanol and ethyl acetate extracts of dewandaru leaves showed high anti-free radical activity. Of all fractions, there 5 fractions of ethanol extract showed higher anti-free radical activity as compared to vitamin E. The highest anti-free radical activity is indicated by ARP (antiradical power) value of 3496.5 mg DPPH/mg sample, meanwhile the ARP value of vitamin E was 1776,20 mg DPPH/mg sample.</p> <p>Correlation between total phenol and flavonoid content of those fractions indicated positive correlation with correlation value of 0.55 and 0.45 respectively. Based on the results, it can be concluded that polar fractions of dewandaru leaves displayed higher anti-free radical activity as compared to vitamin E, however those activitiesdid not have correlation with their total phenolic and flavonoid content</p>Wahyu UtamiMuhammad Da’iViesa RahayuPrihantini Kurnia SariDian Werdhi KusumanegaraAnik Rohayati
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201312813310.32734/tm.v1i3.277Uji Aktivitas Ekstrak Pericarp Kulit Buah Manggis Terpurifikasi Dalam Penyembuhan Luka Eksisi
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/278
<p>Alfa mangostin memiliki berbagai macam bioaktivitas dan merupakan major compound dalam eksrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.), alfa mangostin memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antiinflamasi dan antibakteri sehingga berperan dalam proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati aktivitas ekstrak pericarp kulit buah manggis terpurifikasi yang mengandung > 90% alfa-mangostin dalam penyembuhan luka eksisi pada mencit putih jantan secara in vivo. Paramater yang diukur adalah persentase penyembuhan luka eksisi, waktu epitelisasi dan kerapatan serabut kolagen. Mencit dibagi menjadi dua kelompok, dimana kelompok I merupakan kelompok kontrol negatif (-) yang hanya diberi sediaan suspensi Na CMC 1%, sedangkan kelompok II merupakan kelompok perlakuan yang diberi sediaan suspensi ekstrak dengan konsentrasi 1%. Pada hari ke-5, ke-10 dan ke-15 diukur persentase penyembuhan luka dan diamati waktu epitelisasi serta kerapatan serabut kolagen. Hasil penelitian dari persentase penyembuhan luka dan waktu epitelisasi yang dianalisa dengan uji General Linear Model Repeated Measures memberikan perbedaan secara nyata (p<0,05), sedangkan untuk pengamatan serabut kolagen menunjukkan tidak ada perbedaan secara nyata (p>0,05) dan untuk waktu epitelisasi yang diuji menggunakan uji T Independent Sample memberikan perbedaan secara nyata (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak terpurifikasi dapat memberikan efek dalam penyembuhan luka eksisi pada mencit.</p> <p> </p> <p>Alfa mangosteen is a major compound of mangosteen extract cortex and hasvarious bioactivities, such as anti-oxidant, anti-inflammatory and anti-bacterial so that can be used as wound healing. This research aimed to evaluate the activity of Purified Mangosteen Pericarp Fruit Cortex which contained alfa mangosteen > 90% as excision wound healing agent in male mice by in vivo study.</p> <p>The parameters observed were</p> <p>Excision wound healing, epithelialization time and collagen fiber density. Mice were divided into two groups, group I was the negative control group (-) which was only received 1% Na CMC suspension, while group II was the treatment group received 1 % extract suspension. On the 5th, 10th and 15th days the percentage of wound healing was measured and the epithelialization time and density of collagen fibers was observed.The results of the percentage of wound healing and epithelialization time evaluation which were analyzed by the General Linear Repeated Measures test showed a significant differences (p <0.05), whereas observation of collagen fibers showed no significant differences (p> 0.05) and analysis of epithelialization time using Independent Sample T test showed a significant difference (p <0.05), it can be concluded that purified extract has excision wounds healing effect in mice.</p>Dira DiraYanuarista YanuaristaRia Afrianti
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201313413810.32734/tm.v1i3.278Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Dan Batang Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/279
<p>Tanaman ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) mudah didapat dan banyak kegunaannya,terutama bagian umbi ubi jalar ungu yang banyak diolah masyarakat sedangkan bagian daun dan batang pemanfaatnya belum maksimal. Umbinya telah diketahui mempunyai aktivitas dapat menurunkan kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penurunan kadar glukosa darah dari ekstrak etanol daun dan batang ubi jalar ungu serta golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak. Desain penelitian menggunakan randomized pre-test post-test kontrol grup desain. Pada penelitian ini menggunakan 15 ekor tikus jantan galur wistar dan dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kontrol negatif (akuades), kontrol positif (metformin 45 mg/kgBB), kelompok perlakuan ubi jalar ungu dosis 150; 300; 600 mg/kgBB, sebelumnya masing –masing tikus dinduksi dengan aloksan 150 mg/kgBB, dan dilakukan pemantauan selama 14 hari. Pemeriksaan kadar gula darah menggunakan spektrofotometer visibel dengan panjang gelombang 500 nm. Data dianalisis secara statistik untuk mengetahui perubahan kadar gula darah. Hasil yang didapat dengan pemberian ekstrak pada dosis 150, 300, dan 600 mg/kgBB selama pemantauan 14 hari dapat menurunkan kadar gula darah berturut – turut menjadi 96,33 ± 4,72 ; 66,67 ± 16,16 ; dan 142,67 ± 27,06 mg/dL. Ekstrak etanol daun dan batang ubi jalar ungu memiliki kandungan senyawa yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan senyawa fenolik.</p> <p> </p> <p>The purple sweet potato plant (Ipomoea batatas L.) is easy to obtain and has many uses, especially the purple sweet potato tubers which are mostly utilized by the people, while the utilization of its leaves and stem are not maximized. Its tuber has been known to have activity in reducing blood sugar levels.This research aimed to evaluate the effect of ethanol extract of leaves and stems of purple sweet potatoes in reducing blood glucose level as well as to identify its chemical constituents. The study was design by a randomized pre-test post-test control group. The animal used were 15 wistar male rats which divided into 5 groups, these include negative control (distilled water), positive control (metformin 45 mg/kgBW), treatment group of purple sweet potatoes with the doses of 150; 300; 600 mg/kgBW, before the treatment all rats were induced by aloxan 150 mg/kgBW, and all groups were observed for 14 days.</p> <p>Blood glucose level was determined using UV-Vis spectophotometer at wavelength of 500 nm. The data were analyzed statistically to evaluate blood glucose level alteration. The result showed that the extract at doses of 150, 300, dan 600 mg/kgBW decrease blood glucose level in 14 days observation, the blood glucose levels were 96.33 ± 4.72 ; 66.67 ± 16.16 ; and 142.67 ± 27.06 mg/dL, respectively. The ethanol extract of leaves and stem of purple sweet potatoescontained alkaloids, flavonoids, saponins, tannins and phenolic compounds</p>Haryoto HaryotoErmia Septiana Devi
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201313914310.32734/tm.v1i3.279Efek Ekstrak Biji Labu Kuning Terhadap Glukosa, Kolesteroldan Gambaran Histopatologi Pankreas Tikus Hiperkolesterolemia-Diabetes
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/280
<p>Hiperkolesterolemia adalah peningkatan kadar kolesterol di dalam darah melebihi batas yang diperlukan oleh tubuh. Penelitan ini bertujuan menguji kandungan senyawa fitokimia ekstrak etanol biji labu kuning, efek pemberian ekstrak etanol biji labu kuning dan perbedaan efek ekstrak dengan dosis bertingkat terhadap penurunan degenerasi sel beta pankreas tikus putih jantan hiperkolesterolemia diabetes. Penelitian eksperimen laboratorium ini menggunakan hewan uji sebanyak 30 ekor tikus dibagi dalam enam kelompok perlakuan. Kelompok 1 (kontrol normal) diberikan Na-CMC 0,5% dan kelompok 2 (kontrol negatif) diberi pakan tinggi kolesterol, suspensi Streptozotocin 35 mg/kgBB dan Na-CMC 0,5% b/v; kelompok 3 diberi metformin 9 mg/kgBB per oral, pakan tinggi kolesterol dan suspensi streptozotocin 35 mg/kgBB; kelompok 4, 5 dan 6 masing-masing diberikan dosis 270, 360, dan 450 mg/kgBB per oral, pakan tinggi kolesterol dan suspensi streptozotocin 35 mg/kgBB. Gambaran tingkat kerusakan histopatologi pankreas diamati dengan pewarnaan HE menggunakan mikroskop Olympus BX-51 perbesaran 200x. Hasil penelitian menunjukkan: Terdapat senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin,dan tannin pada ekstrak etanol biji labu kuning; ekstrak etanol biji labu kuning dosis 360 dan 450 mg/kgBB efektif menurunkan degenerasi jaringan pankreas tikus hiperkolesterolemia diabetes dan pemberian ekstrak etanol biji labu kuning dosis 270 mg/kgBB tidak memberikan efek maksimal jika dibandingkan dengan dosis 360 mg/kgBB dan dosis 450 mg/kgBB terhadap regenerasi sel organ pankreas tikus putih jantan hiperkolesterolemia diabetes.</p> <p> </p> <p>Hypercholesterolemia is an abnormal increase in blood cholesterol levels. This study aimed to identify the phytochemical content of pumpkin seed ethanol extract, the effect of pumpkin seed ethanol extract and the difference in the effect of various doses of extract in decreasing pancreatic beta cell degeneration in male diabetic hypercholesterolemia rat. The experimental research in laboratory used 30 rats as test animals, divided into six group. Group 1 (normal control administered with 0.5% Na CMC and group 2 (negative control) administered with high cholesterol diet, Streptozotocin 35 mg/kgBWand 0.5% Na-CMC b/v; Group 3 orally administered with metformin 9 mg/kgBW, high cholesterol diet, streptozotocin 35 mg/kgBW; group 4,5 and 6 orally administered with extract at doses of 270, 360, dan 450 mg/kgBB, high cholesterol diet, streptozotocin 35 mg/kgBW. Histopathology examination to determine pancreas damage was observed by HE staining using microscop Olympus BX-51 200x. The results showed the presence of</p> <p>alkaloids, flavonoids, poliphenol, saponins,andtanninsin phumpkin seeds ethanol extract; Ethanol extract of phumpkin seeds at doses of 360 dan 450 mg/kgBW effectively decreased degeneration of pancreatic tissue of diabetic hypercholesterolemia rat and ethanol extract of phumpkin seeds at the dose of 270 mg/kgBW did not show maximum effect as compared to the doses of 360 and 450 mg/kg BE on cell regeneration of pancreatic tissue of diabetic hypercholesterolemia rat</p>Joni TandiRahmawati RahmawatiRini IsminartiJerry Lapangoyu
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201314415110.32734/tm.v1i3.280Efek Kombinasi Ramuan Jamu Terhadap Tekanan Darah dan Kolesterol Pasien di Rumah Riset Jamu Hortus Medicus
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/281
<p>Hipertensi dan hiperkolesterolemia masih merupakan masalah di bidang kesehatan. Penanganan pasien hipertensi yang disertai hiperkolesterolemia memerlukan perhatian khusus. Di Rumah Riset Jamu (RRJ) terdapat banyak pasien hipertensi dengan hiperkolesterolemia yang diterapi menggunakan kombinasi ramuan jamu antihipertensi dan antihiperkolesterolemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek kombinasi ramuan jamu tersebut dalam menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kohort retrospektif. Sampel didapatkan dari data rekam medik pasien hipertensi yang disertai hiperkolesterolemia di RRJ Hortus Medicus tahun 2017. Subjek penelitian ini adalah pasien yang berusia 20-65 tahun dan telah menjalani terapi kombinasi ramuan jamu antihipertensi dan antihiperkolesterol minimal 28 hari. Analisis dilakukan dengan membandingkan tekanan darah dan kadar kolesterol pasien pada hari ke-0 dan hari ke-28 masing-masing menggunakan uji t berpasangan. Sebanyak 223 data pasien didapatkan. Setelah 28 hari, terdapat 74 orang yang berhasil mencapai tekanan darah normal dan 115 orang berhasil mencapai kadar kolesterol normal. Tekanan darah sistolik berbeda secara signifikan antara sebelum dan setelah pemberian ramuan jamu, p=0,000. Demikian juga tekanan darah diastolik berbeda secara signifikan antara sebelum dan setelah pemberian ramuan jamu p=0,005. Kadar kolesterol di dalam darah pasien juga berbeda secara signifikan antara sebelum dan setelah pemberian ramuan jamu, p=0,014. Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi ramuan jamu antihipertensi dan antihiperkolesterolemia selama 28 hari dapat menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol pasien secara signifikan.</p> <p> </p> <p>Hypertension and hypercholesterolemia are still a health problem. Treatment of hypertensive patients comorbid with hypercholesterolemia requires special attention. At the Jamu Research House (RRJ) there are many hypertensive patients with hypercholesterolemia who are treated using a combination of antihypertensive and antihypercholesterolemic herbs. This study aimed to determine the effect of the combination of jamu in lowering blood pressure and cholesterol levels. This study was conducted using a retrospective cohort method. Samples were obtained from medical record of hypertensive patients comorbid with hypercholesterolemia at RRJ Hortus Medicines in 2017. The subjects of this study were patients aged 20-65 years and had undergone a combination therapy of antihypertensive and antihypercholesterolemicjamu at least 28 days. The analysis was carried out by comparing the blood pressure and cholesterol levels of patients on day 0 and day 28 using paired t test. A number of 223 patient data were obtained. After 28 days, there were 74 people who reach normal blood pressure and 115 people achieve normal cholesterol levels. Systolic blood pressure was significantly different between before and after the administration of jamu, p = 0,000. Likewise, diastolic blood pressure was significantly different between before and after the administration of jamu with p = 0.005. Cholesterol levels in the patient's blood also differed significantly between before and after administration of jamu formula, p = 0.014. Based on the above results, it can be concluded that the combination of antihypertensive and antihypercholesterolemic jamu for 28 days significantly reduced blood pressure and patient cholesterol levels</p>Peristiwan Ridha Widhi AstanaFajar NoviantoAgus Triyono
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201315215710.32734/tm.v1i3.281Gambaran Penyembuhan Luka Tikus Diabetes Dengan Fraksi Etil Asetat Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/282
<p>Proses penyembuhan luka kulit dipengaruhi oleh kondisi dibetes mellitus (DM). Ekstrak etanol daun binahong dilaporkan dapat mempercepat penyembuhan luka tikus diabetes melalui mekanisme reepitelisasi dan kolagenasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penyembuhan luka diabetes fraksi etil asetat daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) konsentrasi 10% dengan parameter jumlah sel fibroblast pada tikus yang diinduksi sterptozotocin. Metode fraksinasi yang digunakan fraksinasi bertingkat padat cair dengan pelarut etil asetat yang bersifat semipolar. Penelitian eksperimental menggunakan 20 ekor tikus Wistar jantan usia 2 bulan, berat badan antara 150-200 gram yang diinduksi streptozotocin (STZ) dosis tunggal 45 mg/kgBB i.p. Punch biopsy digunakan untuk membuat luka pada kulit tikus dengan diameter 5 mm setelah kadar glukosa darah (KGD) di atas 250 mg/dL. Hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok, terdiri dari kontrol sehat (tanpa induksi STZ dan tanpa perlakuan), kontrol negatif (biocream), kontrol positif (madecassol), dan fraksi etil asetat daun binahong 10% (dalam biocream). Aplikasi topikal dilakukan 2 kali sehari sebanyak 25 mg selama 10 hari pada area luka dan sekitarnya. Pengamatan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun binahong mengandung senyawa flavonoi dan tanin, serta berperan dalam meningkatkan jumlah sel fibroblast (P<0.05).</p> <p> </p> <p>Wound healing process is affected by diabetes melitus condition. The ethanol extract of Binahong leaves has reported to have wound healing activity on diabetic rat through mechanism of re-epithelialization and collagenation. This study was conducted to evaluate the wound healing activity on diabetic rat of ethyl acetate fraction of Binahong (<em>Anredera cordifolia </em>(Tenore) Steenis) leaves at concentration of 10% with parameters of fibroblast numbers in streptozozin induced rat. The fractionation method used was solid-liquid graded fractination using ethyl acetate as semipolar solvent. This experimental research used 20 male wistar rats, aged 2 months, weight 150-200 g, induced by single dose streptozotocin (STZ)45 mg/kgBB i.p. Punch biopsy was used to injured the rat skin with diameter of 5 mm after blood glucose level was more than 250 mg/dL. Test animals were divided into 4 groups, these include healthy control (without induced by STZ and treatment), negative control (biocream), positive control (madecassol), ethyl acetate fraction of binahong leaves 10% (in biocream). The cream was applied topically 2 times a day with an amount of 25 mg for 10 days on wound area and surrounding. The macroscopic and microscopic observation was performed. The results showed that ethyl acetate fraction of binahong leaves contained flavonoids and tannin, besides it plays role to increase the fibroblast numbers (P<0.05).</p>Trie Yuni ElfasyariKintoko KintokoNurkhasanah Nurkhasanah
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201315816110.32734/tm.v1i3.282Identifikasi Senyawa Kimia Aktif Antioksidan Dari Ekstrak Etil Asetat Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC)
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/283
<p>Buah andaliman, (Zanthoxylum acanthopodium DC),banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai bumbu makanan dan obat tradisional seperti obat sakit perut, tonikum, dan anti mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa yang berkhasiat sebagai antioksidan dari ekstrak buah andaliman. Ekstraksi dilakukan secara maserasi kinetik menggunakan pelarut n-heksan, dan etil asetat. Ekstrak kental yang diperoleh kemudian diuji aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal bebas menggunakan DPPH. Sebagai kontrol positif digunakan vitamin C. Selanjutnya dilakukan pemurnian dengan kromatografi kolom sampai diperoleh isolat EA.X.6.1 yang mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi. Hasil uji aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal bebas DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat buah andaliman mempunyai aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 66,91 bpj, dan isolat EA.X.6.1 yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC50 sebesar 135,58 bpj. Berdasarkan hasil analisis dengan spektrofotometri UV-Vis, spektrofotometri Fourier Transform Infra Red (FT- IR) dan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (KG-SM) diduga senyawa aktif antioksidan yang terdapat dalam ekstrak etil asetat buah andaliman adalah 2-metoksi-4-vinilfenol.</p> <p> </p> <p>Andaliman fruit, (Zanthoxylum acanthopodium DC), is widely consumed by people as a food spice and traditional medicine to treat stomach pain, tonic, and as anti-microbial drugs. This study aimed to identify compounds that wereefficacious as antioxidants of andaliman fruit extract. The extraction was performed by kinetic maceration method using n-hexane and ethyl acetate. Then, the crude was tested for its antioxidant activity by free radical DPPH scavenging method. Vitamin C was used as a positive control. Furthermore, the extract was purified by column chromatography to obtain isolate EA.X.6.1 which has the highest antioxidant activity. The results of evaluation on antioxidant activity by free radical DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)scavenging method showed that ethyl acetate andaliman fruit extract revelaed antioxidant activity with IC<sub>50</sub>value of 66,91 bpj and isolate EA.X.6.1 which showed the highest antioxidant activity with IC<sub>50</sub>value of 135,58 bpj. Based on analysis using UV-Vis spectrophotometer, spectrophotometer Fourier Transform Infra Red (FT- IR) and Gas Chromatography- Mass Spectrophotometry (GC-MS), it was considered that antioxidant chemical active compound in ethyl acetate andaliman fruit extract was 2-methoxy-4-vinylphenol</p>Wiwi WinartiPartomuan SimanjuntakMuhammad Fahmi Syahidin
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201316216610.32734/tm.v1i3.283Aktivitas Analgetik Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh (Picria Fel-Terrae Lour) Pada Mencit (Mus Musculus)
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/284
<p>Pugun Tanoh (Picria fel-terrae Lour) telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi sakit perut dan inflamasi. Kajian ilmiah perlu dilakukan untuk membuktikan khasiat pugun tanoh tersebut khususnya sebagai analgetik. Pengujian aktivitas analgetik ekstrak etanol daun P. fel-terrae dilakukan menggunakan metode plantar tes infrared. Analisis dilakukan dengan membandingkan waktu yang dibutuhkan hewan uji untuk menahan induksi panas dari infrared (IR) pada panjang gelombang 96 nm, setelah pemberian ekstrak dengan dosis 25, 50 dan 100 mg/kg bb. Morfin 10 mg/kg bb dan antalgin 300 mg/kg bb digunakan sebagai kontrol positif. Kelompok kontrol negatif hanya menerima CMC-Na 0,5%. Pengamatan dilakukan selama 90 menit. Ekstrak etanol daun P. fel-terrae menunjukkan efek analgetik jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (P>0.05). Nilai AUC (Area Under Curve) waktu respon terhadap nyeri semakin tinggi dengan meningkatnya dosis. Ekstrak pada dosis 100 mg/kg bb menunjukkan aktivitas paling tinggi dengan efek analgetik yang lebih baik dari antalgin 300 mg/kg bb (p < 0,05) tetapi memiliki efek analgetik yang sama dengan morfin 10 mg/kg bb (p > 0,05). Ekstrak etanol daun P. fel-terrae mempunyai efek analgetik dan berpotensi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka.</p> <p> </p> <p>Pugun Tanoh (<em>Picria fel-terrae</em> Lour) has been used in folk medicine for the treatment of stomach ache and inflammation. The scientific study needs to be done to prove the activity of pugun tanoh especially as analgesic. The evaluation of analgesic activity of ethanol extract of pugun tanoh leaves was conducted using plantar-test infra red method. Analysis was perfomed by comparing the the duration of test animals to resist heat induction from infrared (IR) at a wavelength of 96 nm after being treated with extract at doses of 25, 50 dan 100 mg/kg bw. Morphine 10 mg/kg bwand antalgin 300 mg/kg bwwere used as positive control. Control negative group only received 0.5% Na CMC. The observation was performed for 90 minutes. The ethanol extract of pugun tanoh leaves showed analgesic effect as compared to negative control group (P<0.05). AUC (Area Under Curve) value of duration to resist pain increased as the dose increased. The extract at dose of 100 mg/kg bw displayed higher analgesic activitythan antalgin 300 mg/kg bw (p < 0,05) but was comparable with morphine10 mg/kg bw (p > 0,05). The ethanol extract of P. fel-terraeleaf possesses analgesic activity and thus can be developed into phytopharmaca</p>Yuandani YuandaniMartha YohanaMarianne Marianne
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201316717110.32734/tm.v1i3.284Pengaruh Ramuan Jamu Antihiperkolesterolemia Terhadap Kadar Asam Urat Pasien Dengan Hiperkolesterol Ringan
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/285
<p>Ramuan jamu antihiperkolesterolemia terdiri dari daun jati cina, daun jati belanda, daun teh hijau, tempuyung, rimpang temulawak, rimpang kunyit dan herba meniran. Daun jati belanda dan daun teh hijau memiliki kandungan purin dalam bentuk kafein dan teobromin yang berpotensi menyebabkan peningkatan asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam urat serum darah pasien yang meminum ramuan jamu antihiperkolesterolemia . Penelitian ini merupakan observasi klinik dengan jumlah subyek 50 orang di Rumah Riset Jamu (RRJ) Hortus Medicus pada tahun 2014. Subjek merupakan pasien dengan diagnosis hiperkolesterolemia ringan (kadar kolesterol serum 200-240 mg/dl) yang diterapi dengan ramuan jamu antihiperkolesterolemia selama 28 hari. Parameter yang dinilai adalah kadar asam urat serum pada awal (H-0) dan akhir obeservasi (H-28). Data diolah dengan uji t berpasangan menggunakan bantuan program SPSS. Hasil terjadi peningkatan rata-rata kadar asam urat dari 5,31+1,17 mg/dl menjadi 5,47+1,29 mg/dl. Peningkatan masih dalam rentang nilai normal. Pada uji t berpasangan diperoleh nilai p=0,384 yang berarti tidak ada perbedaan rerata kadar asam urat sebelum dan sesudah minum jamu. Kesimpulan terdapat peningkatan ringan rerata kadar asam urat serum pasien yang secara statistik tidak bermakna dan masih berada dalam rentang nilai normal setelah pemberian ramuan jamu antihiperkolesterolemia selama 28 hari.</p> <p> </p> <p>The antihypercholesterolemic jamu formulaconsists of daun jati cina, jati belanda leaf, green tea leaf, tempuyung, curcuma rhizome, turmeric rhizome and meniran. Jati belanda and green tea leaves contain purines in the form of caffeine and theobromine which might increase the uric acid level. This study aimed to determine the uric acid levels in blood serum of patients who consumed antihypercholesterolemic jamu formula. This study was a clinical observation with a total subject of 50 patients at the Hortus Medicinal Jamu Research Center (RRJ) in 2014. Subjects were patients with a diagnosis of mild hypercholesterolemia (serum cholesterol level of 200-240 mg / dl) treated with antihypercholesterolemicjamu formula for 28 days. The parameters assessed were serum uric acid levels at baseline (D-0) and end of observation (D-28).Data were analysed by paired t-test using SPSS. The results showed an increase in mean uric acid level from 5.31 + 1.17 mg / dl to 5.47 + 1.29 mg / dl. The increase was still in the range of normal values. Based on paired t test p value = 0.384, there was no difference in mean uric acid levels before and after administration withjamu. It can be concluded that there was a mild increase in the serum uric acid levels of patients which were not statistically significant and were still in the range of normal values after the administration of an antihypercholesterolemic jamu formula for 28 days</p>Zuraida ZulkarnainUlfa FitrianiEnggar WijayantiUlfatun Nisa
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201317217610.32734/tm.v1i3.285Pengaruh Formula Jamu Hiperglikemia Pada Quality Of Life Pasien di Klinik Saintifikasi Jamu Tawangmangu
https://talentaconfseries.usu.ac.id/tm/article/view/286
<p>Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degenerative dengan murbiditas dan mortalitas yang terus meningkat. Herbal medicine telah banyak digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah (KGD) pasien DM. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek penggunaan ramuan jamu hiperglikemia terhadap kualitas hidup atau quality of life (QoL) pasien DM. Penelitian ini merupakan studi kohort dengan menggunakan kuesioner Short Form-36 (SF-36) sebagai alat pengukuran kualitas hidup 40 subjek penelitian dengan KGD sewaktu 200 – 300 mg/dl. Pasien diberi ramuan jamu temulawak ,kunyit, dan meniran tiga kali sehari selama 56 hari. Kualitas hidup subjek diukur pada hari ke 0, 28, dan 56. Pengaruh penggunaan jamu terhadap QoL dianalisis menggunakan uji t berpasangan.Sebanyak 58% dari subjek penelitian adalah perempuan. Hasil penelitian membuktikan terdapat perbedaan yang signifikan antara QoL sebelum dan setelah pemberian jamu selama 56 hari, (p=<0,05). Ramuan jamu batang brotowali, herba sambiloto, rimpang temulawak, rimpang kunyit, dan herba meniran dapat meningkatkan QoL pasien DM.</p> <p> </p> <p>Diabetes mellitus (DM) is a degenerative disease with increased morbidity and mortality. Herbal medicine has been widely used to control blood glucose levels in DM patients. This study aimed to analyze the effect of consumehyperglycemic jamu formula on quality of life (QoL) in DM patients. This study was a cohort study using a Short Form-36 (SF-36) questionnaire as a quality of life measurement tool of 40 subjects with blood gluces levels at 200 - 300 mg / dl. The patient received a jamu fomula of ginger, turmeric, and meniran three times a day for 56 days. The quality of life of the subjects was measured on days 0, 28 and 56. The effect of the admintration of jamu on QoL was analyzed using paired t test. A total of 58% of the research subjects were women. </p> <p>The results showed that there were significant differences of QoL before and after administration of jamu for 56 days (p = <0.05). Jamu formlua of brotowali stems, bitter herbs, curcuma rhizomes, turmeric rhizomes, and meniran herbs can increase the QoL of DM patients</p>Agus TriyonoWidhi AstanaFajar Novianto
Copyright (c) 2018
2018-12-202018-12-201317718110.32734/tm.v1i3.286