Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

Pemahaman Ekoleksikon Perladangan pada Usia Remaja di Gunung Meriah, Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi

Authors
  • Rachmad Fadillah Maha Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
  • Dwi Widayati Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
Issue       Vol 3 No 3 (2020): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)
Section       Articles
Galley      
DOI: https://doi.org/10.32734/lwsa.v3i2.899
Keywords: Ekolinguistik Bahasa Pakpak Pemahaman Remaja Faktor Kebertahanan Bahasa
Published 2020-10-15

Abstract

Sebagai makhluk sosial yang berada di lingkungan agroekosistem, masyarakat Pakpak umumnya memenuhi kebutuhan hidup dengan cara bercocok tanam. Masyarakat Pakpak, terkhusus di Desa Gunung Meriah, mengenal dua sistem pertanian yaitu perladangan dan persawahan sehingga terjalin hubungan timbal balik antara bahasa dan lingkungan atau lingkungan dan bahasa yang bersifat fungsional Proses tanam tersebut masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di sana. Namun, komunitas tutur remaja cenderung sedikit yang melakukan kegiatan berladang sehingga tidak menutup adanya perubahan melelaui ketergerusan leksikon dan berdampak pada hilangnya sistem kebudayaan dalam berladang di desa tersebut. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah kualitatif yang didukung berupa perhitungan hasil respondensi secara kuantitatif. Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan metode cakap. Ada pun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk 1) mendeskripsikan leksikon ekologi perladangan pada masyarakat di Desa Gunung Meriah, Kecamatan Siempat Nempuh Hulu, Kabupaten Dairi. 2) mendeskripsikan tingkat pemahaman usia remaja (13-21 tahun) terhadap ekoleksikon perladangan. 3) mendeskripsikan faktor-faktor kebertahanan atau ketergerusan ekoleksikon perladangan di Desa Gunung Meriah. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh 191 kosakata dengan perincian flora perladangan sebanyak 126 leksikon, fauna di lingkungan perladangan sebanyak 34 leksikon, dan sarana/prasarana aktivitas perladangan sebanyak 24 leksikon. Dari tempat pengelompokkan leksikon perladangan, hanya dua yang terwariskan dengan baik, dua kelompok lagi belum terwariskan secara utuh. Adapun faktor-faktornya antara lain; 1) Siaran Radio BP; 2) Pelestarian Adat Tanam/Pratanam; 3) Pendidikan; 4) Kemultilingualan; 5) Tendensi Guyub Tutur Remaja pada BP; 6) Penggunaan BP pada Ranah Formal; 7) Teknologi Informasi.