Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

Pola Komunikasi Kelompok dalam Pencegahan Penyebaran Ujaran Kebencian (Studi Kasus Empat Kelompok Agama di Kecamatan Medan Polonia pada Pemilihan Presiden Tahun 2019)

Group Communication Patterns in Preventing Spread of Hate Speeches (Case Study of Four Religious Groups in Medan Polonia District in the 2019 Presidential Election)

Authors
  • Elok Perwirawati Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Darma Agung Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Darma Agung
  • Prietsaweny Riris T Simamora Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Darma Agung Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Darma Agung, Indonesia
  • Lestari Victoria Sinaga Dosen Ilmu Hukum Universitas Darma Agung Medan, Indonesia
Issue       Vol 3 No 1 (2020): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)
Section       Articles
Galley      
DOI: https://doi.org/10.32734/lwsa.v3i1.812
Keywords: Pola Komunikasi Kelompok Agama Ujaran Kebencian
Published 2020-02-29

Abstract

Penelitian ini terinspirasi dari banyaknya kasus ujaran kebencian di media sosial yang terjadi secara massif menjelang pemilihan presiden (pilpres) tahun 2019. Permasalahan yang paling krusial adalah mereka yang menyebarkan ujaran kebencian melalui media seakan tidak peduli akan dampak negatif yang dihasilkan dari penyebaran ujaran kebencian tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi kelompok agama dalam pencegahan penyebaran ujaran kebencian dan proses komunikasi kelompok yang dilakukan oleh pemuka agama terhadap kelompoknya tentang pencegahan penyebaran ujaran kebencian di Kecamatan Medan Polonia. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif agar pengambilan data lebih mendalam. Populasi penelitian ini adalah masyarakat di Kecamatan Medan Polonia karena di wilayah tersebut masyarakatnya memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi, khususnya dalam hal perbedaan agama. Subjek penelitian ini adalah pemuka agama dan kelompok agama tersebut Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling yaitu mencakup orang-orang yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap kelompok agama (Hindu, Kristen Protestan, Budha dan Islam) memiliki pola komunikasi yang berbeda satu sama lain. Komunikasi secara virtual dilakukan oleh sebagian kelompok agama dengan tujuan untuk mempermudah interaksi diantara mereka dan kelompok lainnya tetap hanya mengandalkan komunikasi tatap muka. Proses komunikasi yang terjadi dalam kelompok mayoritas bersifat dua arah (two ways communication) meskipun ada juga kelompok yang menggunakan komunikasi satu arah (one ways communication). Proses komunikasi yang dilakukan oleh pemuka agama sebagai opinion leader sangat mempengaruhi cara berpikir kelompoknya termasuk dalam hal memahami ujaran kebencian dan bagaimana cara mereka harus menyikapinya. Namun ada perbedaan cara penyampaian pemuka agama kepada kelompoknya dalam meminimalisir pengaruh ujaran kebencian yang beredar di media sosial. Kelompok Agama Hindu cenderung memiliki jaringan komunikasi yang relatif tertutup dalam hal politik untuk menghindari perpecahan sesama umat hindu dan menghimbau kelompoknya untuk lebih meningkatkan perasaan saling menghargai. Sementara kelompok Agama Budha dalam proses ibadahnya tidak menyinggung masalah politik dan lebih membahas masalah keamanan dan perekonomian. Jaringan komunikasi yang lebih terbuka dan aktif lebih terlihat dalam kelompok Agama Kristen yang sangat mengakomodir perkembangan kelompoknya dalam menghadapi banyaknya ujaran kebencian yang beredar di media sosial, misalnya dengan memanfaatkan aplikasi whatsapp, dan dibahas dalam kelompok doa. Sementara jaringan komunikasi dalam kelompok Agama Islam,menjadikan pemuka agama sebagai filter dalam menyaring pesan-pesan yang berisikan ujaran kebencian sehingga bagi kelompoknya pemuka agama menjadi panutan / patron untuk bersikap.