Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

Kerangka Sustainability Livelihood Bagi Kampung Siaga Bencana Berbasis Masyarakat di Kota Surakarta

Sustainability Livelihood Framework for Community-Based Disaster Preparedness in the City of Surakarta

Authors
  • Siti Zunariyah Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
  • Akhmad Ramdhon Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta 57126, Indonesia
  • Argyo Demartoto Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta 57126, Indonesia
Issue       Vol 2 No 1 (2019): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)
Section       Articles
Galley      
DOI: https://doi.org/10.32734/lwsa.v2i1.630
Keywords: Kampung SIBAT Kerentanan Pemberdayaan dan Sustainability Livelihood
Published 2019-11-20

Abstract

Abstract
Flooding is a routine disaster event that is experienced by most residents of the Bengawan Solo riverbank. Material and nonmaterial losses always bother them, especially during the rainy season. In response to this vulnerable situation as well as the position of the area on the banks of the Solo River, a community-based disaster alert village (SIBAT) was formed. Using a case study approach, this research aims to conduct explorative studies in SIBAT villages with a framework of sustainability livelihood. The research sites are the villages of Sewu, Semanggi and Sangkrah, Surakarta City which every flood season experiences floods, both on a small and large scale. The results showed that the physical vulnerability of the community in the form of the position of the village on the banks of the Bengawan Solo river, so vigilance and preparedness became part of the effort to adapt. Socially, the residents are also in the slum area and most have non-permanent livelihoods. This physical and social vulnerability was then responded to by the formation of the Community-Based Disaster Preparedness Village (SIBAT) by PMI in 2015. Sibatrah's Sibat Village activities include making infiltration holes, greenbelt, waste management and disaster preparedness. Institutionally, SIBAT has formed a health team, public kitchen, evacuation, and logistics distribution and early warning of disasters. Meanwhile, socially and economically, SIBAT also developed a series of activities to support a sustainable livelihood framework as part of post-disaster anticipation. This framework becomes the flow of SIBAT activities that continue to run even though the disaster did not occur which aims to ensure that residents in SIBAT Village but have a decent living. These activities are in the form of ecobridge manufacturing, vertimina development, fragrant root cultivation, waste management and other activities that have economic functions for the residents. This SIBAT activity is a model of empowering citizens who are resilient to disasters by continuing to adapt to existing physical and social vulnerabilities while continuing to develop independence so as to create a sustainable livelihood framework for all citizens

 

Banjir adalah kejadian bencana rutin yang dialami sebagian besar warga pinggir sungai Bengawan Solo. Kerugian material maupun non material senantiasa meresahkan mereka terutama pada saat musim hujan tiba. Sebagai respon terhadap situasi yang rentan tersebut sekaligus posisi wilayah yang berada di pinggir sungai Bengawan Solo, maka dibentuklah kampung siaga bencana berbasis masyarakat (SIBAT). Dengan pendekatan studi kasus, penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian eksploratif pada kampung SIBAT dengan kerangka sustainability livelihood. Lokasi Penelitian adalah kampung Sewu, Semanggi dan Sangkrah, Kota Surakarta yang setiap musim hujan mengalami banjir, baik dalam skala kecil maupun besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerentanan masyarakat secara fisik berupa posisi kampung yang berada di pinggir sungai Bengawan Solo, sehingga kewaspadaan dan kesiapsiagaan menjadi bagian dari upaya untuk beradaptasi. Secara sosial, warga tersebut juga berada di wilayah slum area dan sebagian besar memiliki mata pencaharian tidak tetap . Kerentanan fisik maupun sosial ini kemudian direspon dengan dibentuknya Kampung Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) oleh PMI pada tahun 2015. Kegiatan sibat di kampung Sangkrah di antaranya yaitu pembuatan lubang resapan, greenbelt, pengelolaan sampah dan kesiapsiagaan bencana. Secara kelembagaan, SIBAT membentuk tim kesehatan, dapur umum, evakuasi, dan pembagian logistik serta peringatan dini akan bencana. Sementara itu secara sosial dan ekonomi SIBAT juga mengembangkan serangkaian aktivitas untuk mendukung kerangka penghidupan yang berkelanjutan (sustainability livelihood) sebagai bagian dari antisipasi pasca bencana. Kerangka ini menjadi alur kegiatan SIBAT yang terus berjalan meskipun bencana tidak terjadi yang bertujuan untuk memastikan bahwa warga di Kampung SIBAT tetapi memiliki penghidupan yang layak. Kegiatan tersebut berupa pembuatan ecobridge, pengembangan vertimina, penanaman akar wangi, pengelolaan sampah maupun kegiatan lain yang memiliki fungsi ekonomi bagi warga. Kegiatan SIBAT ini merupakan model pemberdayaan warga yang tangguh terhadap bencana dengan tetap beradaptasi dengan kerentanan fisik dan sosial yang ada sekaligus terus mengembangkan kemandirian agar terwujud kerangka penghidupan yang berkelanjutan bagi semua warga.