Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

Dialektika Masyarakat Dan Bencana di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie

Community Dialectics and Disastersin Tangse District, Pidie Regency

Authors
  • Muhammad Sahlan Program Studi Sosiologi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia
  • Siti Ikramatoun Program Studi Sosiologi Agama, Universitas Islam Negeri Ar-raniry, Banda Aceh, Indonesia
  • Khairul Amin Guru Sosiologi, Madrasah Aliyah Negeri 1 Pidie, Sigli, Indonesia
Issue       Vol 2 No 1 (2019): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)
Section       Articles
Galley      
DOI: https://doi.org/10.32734/lwsa.v2i1.627
Keywords: Dialektika Masyarakat Bencana Tangse
Published 2019-11-20

Abstract

Abstract
Tangse is one of the sub-districts that located in Pidie district. About 190 km from Banda Aceh the capital of Aceh province. Since 2011 until 2018, disasters have become an annual routine of Tangse society, from landslides to flash floods coming every year. In this regards, this paper aims to discuss the dialectics of the community with disasters that befall in Tangse. The Data in this paper derived from observations, interviews and literature studies, then analyzed using a sociological approach. The results of this study found that many things have been done by local governments to cope with disasters. From prevention to reduce the risk of disasters that befall the community, when disasters are increasingly happening, the perspective of the community towards disasters begins to change. Now for some people in Tangse, disasters are not only viewed as calamities but also seen as "benefits". As a result, although the public has a sense of disaster risk, it does not make the community stop the activity that invites disaster in the land of Tangse.

 

Tangse merupakan salah satu kecamatan yang berada dikawasan pegunungan Kabupaten Pidie, berjarak sekitar 190 km dari Kota Banda Aceh, Ibukota Provinsi Aceh. Sejak tahun 2011 hingga tahun 2018, bencana telah menjadi langganan masyarakat Tangse, mulai dari tanah longsor hingga banjir bandang silih berganti menghampiri masyarakat. Terkait hal itu, tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan tentang dialektika masyarakat terhadap bencana yang terus menerus terjadi selama beberapa tahun belakangan di Kecamatan Tangse. Data dalam tulisan ini bersumber dari hasil observasi, wawancara dan studi literatur yang kemudian dianalisis menggunakan pendekatan sosiologis. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan ditemukan bahwa telah banyak hal yang diupayakan pemerintah daerah berserta unsur-unsur terkait untuk menanggulangi datangnya bencana, mulai dari pencegahan hingga mengurangi resiko bencana yang menimpa masyarakat. Namun, ketika bencana semakin akrab menyapa masyarakat, maka pergeseran cara pandang masyarakat terhadap bencana pun terjadi. Jika pada awalnya bencana dilihat sebagai suatu musibah dan masyarakat selalu menganggap diri mereka sebagai korban, kini bagi sebagian masyarakat tangse, bencana tidak hanya dilihat sebagai musibah tetapi juga sebagai “berkah”. Akibatnya, meski ada kesadaran tentang resiko bencana, namun hal itu tidak membuat masyarakat menghentikan aktivitas yang mengundang datangnya bencana di bumi Tangse.