Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

Perkawinan Ekologis: Kearifan Lokal Mitigasi Bencana Pada Komunitas Tengger

Ecological Partnership: Local Wisdom of Disaster Mitigation in the Tengger Community

Authors
  • Nur Hadi Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang, Malang, Jawa Timur, 65145, Indonesia
Issue       Vol 2 No 1 (2019): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)
Section       Articles
Galley      
DOI: https://doi.org/10.32734/lwsa.v2i1.617
Keywords: Perkawinan Ekologis Tengger Mitigasi Bencana
Published 2019-11-20

Abstract

Abstract
This research is related to the local wisdom of the Tengger community in disaster prevention. This research uses a qualitative approach. Data was collected through observation and in-depth interviews, and processed descriptively-analytically. The research objectives are to (1) describe and analyze marital traditions in the Tengger community; (2) describe and analyze disaster mitigation contained in the marriage tradition in the Tengger community. The results showed that: (1) The Tengger Community had already carried out a form of sociological marriage, which in fact was also an ecological marriage. Sociologically in the marriage two human children meet to establish a new family. But here also met the economic capital of the new family, in the form of moor plots (the local community calls the term tegil, as a legacy from their respective families; (2) Social marriage in the Tengger community, which is also in the form of ecological marriage, is a form of wisdom in local communities in facing the potential risks of natural and social disasters.In the Tengger vegetable farming community, the risk of crop failure is caused by two natural disasters: landslides, due to the sharp slope of the land and the ash of the Semeru and Bromo volcanoes. time and can overwrite existing moor plots Ownership of plots that become diverse and randomly distributed in agricultural areas as a result of the Ecological Marriage, becomes a catalyst for them so as not to fail miserably in farming, because not all of the tegal areas they have been struck down by disaster.

 

Penelitian ini terkait kearifan lokal komunitas Tengger dalam pencegahan bencana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode observasi dan wawancara mendalam, serta diolah secara deskriptif-analitik. Tujuan penelitian adalah untuk (1) mendeskripsikan dan menganalisis tradisi perkawinan pada komunitas Tengger; (2) mendeskripsikan dan menganalisis mitigasi bencana yang terekandung dalam tradisi perkawinan pada komunitas Tengger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Komunitas Tengger sudah melaksanakan bentuk perkawinan sosiologis, yang sesungguhnya adalah juga perkawinan ekologis. Secara sosiologis dalam perkawinan tersebut dua anak manusia bertemu untuk mendirikan sebuah keluarga baru. Namun disini juga bertemu modal ekonomi dari keluarga baru tersebut, berupa petak-petak tegalan (komunitas setempat menyebut dengan istilah tegil, sebagai warisan dari keluarga masing-masing; (2) Perkawinan sosial pada komunitas Tengger, yang juga berupa perkawinan ekologis, adalah bentuk kearifan lokal mereka dalam menghadapi resiko bencana alam dan sosial yang berpotensi terjadi. Pada komunitas petani sayur Tengger, resiko kegagalan panen disebabkan dua bencana alam: longsor, karena tingkat kemiringan lahan yang tajam dan abu gunung berapi Semeru dan Bromo. Kedua resiko bencana itu bisa datang setiap waktu dan bisa menimpa petak-petak tegalan yang ada. Kepemilikan petak-petak yang menjadi beragam dan terdistribusi secara acak di areal pertanian akibat dari Perkawinan Ekologis tersebut, menjadi katalisator bagi mereka agar tidak sampai gagal total dalam bertani, karena tidak seluruh areal tegal yang mereka miliki tertimpa bencana.