Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

Modal Sosial dalam Mitigasi Bencana Banjir (Studi Kasus di Kabupaten Aceh Barat)

Social Capital in Flood Mitigation (Case Study in West Aceh District)

Authors
  • Irma Juraida Prodi Sosiologi FISIP Universitas Teuku Umar, Jln Alue Penyareng 23615, Indonesia
  • Yeni Sri Lestari Prodi Sosiologi FISIP Universitas Teuku Umar, Jln Alue Penyareng 23615, Indonesia
  • Rahmah Husna Yana Prodi Sosiologi FISIP Universitas Teuku Umar, Jln Alue Penyareng 23615, Indonesia
Issue       Vol 2 No 1 (2019): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)
Section       Articles
Galley      
DOI: https://doi.org/10.32734/lwsa.v2i1.601
Keywords: Modal Sosial Bencana Banjir Kabupaten Aceh Barat
Published 2019-11-20

Abstract

Abstract
Flood disasters often occur in the area of West Aceh Regency (Johan Pahlawan, Samatiga and West Woyla). Several flood mitigation efforts have been carried out in this region. However, often only socialization and handling of a social nature, such as providing food assistance, medicines and relocating residents. however, these efforts have not been able to help the community as a whole from the flood disaster. This study identifies the various roles of social capital (habitus, capital and the realm) that exist in local communities in responding to the flood disaster in Aceh Barat District. This study uses a qualitative approach using interview, observation and documentation data collection methods in the three sub-districts most frequently affected by floods in Aceh Barat District. The three districts are Johan Pahlawan, Samatiga and West Woyla. The theoretical study used in this study is social capital from Pierre Bourdieu, where the role and awareness of the community in flood disaster mitigation are assumed to be a dialectical process (habitus, capital and domain) and through time travel (historical processes and habits) which are also influenced by the environment the social (realm) that shapes it. The results showed that, there was a strengthening of social capital in the community in three districts in disaster mitigation, which was formed through a dialectical process (habitus, capital and the realm), although with different characteristics. Social awareness of flood disaster mitigation through time travel (historical processes and habits) and influenced by the social (realm) environment that shapes social resilience.

 

Bencana banjir seringkali terjadi di wilayah Kabupaten Aceh Barat (Johan Pahlawan, Samatiga dan Woyla Barat). Beberapa usaha mitigasi bencana banjir telah dilakukan di wilayah ini. Akan tetapi seringkali hanya bersifat sosialisasi dan penanganan yang bersifat sosial, seperti memberi bantuan makanan, obat-obatan serta merelokasi penduduk. namun berbagai upaya ini belum mampu membantu masyarakat secara utuh dari musibah banjir. Studi ini mengidentifikasi berbagai peran dari modal sosial (habitus, modal dan ranah) yang ada di dalam masyarakat setempat dalam merespon bencana banjir di Kabupaten Aceh Barat. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara, pengamatan, dan dokumentasi di tiga kecamatan yang paling sering terkena musibah banjir di Kabupaten Aceh Barat. Ketiga kecamatan tersebut adalah Johan Pahlawan, Samatiga dan Woyla Barat. Kajian teoritis yang digunakan dalam kajian ini adalah modal sosial dari Pierre Bourdieu, dimana peran dan kesadaran masyarakat dalam mitigasi bencana banjir diasumsikan sebagai sebuah proses dialektika (habitus, modal dan ranah) dan melalui perjalanan waktu (proses sejarah dan kebiasaan) yang juga dipengaruhi oleh lingkungan (ranah) sosial yang membentuknya. Hasil penelitian menunjukan bahwa, terjadi penguatan modal sosial pada masyarakat di tiga kecamatan dalam mitigasi bencana, yang terbentuk melalui proses dialetika (habitus, modal dan ranah) meskipun dengan karakteristik yang berbeda. Kesadaran sosial terhadap mitigasi bencana banjir melalui perjalan waktu (proses sejarah dan kebiasaan) serta dipengaruhi oleh lingkungan (ranah) sosial yang membentuk ketahanan sosial.