Bale Kayuq: Kearifan Lokal Dalam Proses Recovery Masyarakat Pasca Gempa Lombok
Bale Kayuq: Local Wisdom in the Recovery Process of the Post-Earthquake Lombok Community
Authors | ||
Issue | Vol 2 No 1 (2019): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA) | |
Section | Articles | |
Section |
Copyright (c) 2019 Talenta Publisher This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NoDerivatives 4.0 International License. |
|
Galley | ||
DOI: | https://doi.org/10.32734/lwsa.v2i1.590 | |
Keywords: | bale kayuq bale balaq gempa Lombok recovery berugak | |
Published | 2019-11-20 |
Abstract
Abstract
The purpose of this study was to analyze the role of bale kayuq (bale balaq, bale jajar, berugak sekepat and berugak sekenem) in recovery process after the Lombok earthquake. This study uses a qualitative research, technique of determining informants using purposive techniques. Informan research is earthquake survivors and volunteers. The research setting was conducted in Pandanan, Malaka Village, North Lombok. Techniques for collecting data by interviews, literary studies and observation. The croscheck data technique uses triangulation and data analysis techniques using the flow method from Milles and Huberman. The results of the study show that earthquakes have traumatized bale batu (stone houses). Bale batu as a manifestation of civilization produced by modern society is proven to place society in a risk society. So, in the traumatic condition there was a realization that bale batu was not stronger than bale kayuq. In particular, the facts show that most of the bale kayuq were not affected by the earthquake. The community then returned to reflect on their local wisdom. In the Lombok habitus, almost every house has berugak as a place to receive guests. The existence of berugak makes people more psychologically calmer because they have temporary comfortable living quarters, besides that it is technically safer from the ongoing earthquake shocks and they can socially return to their daily activities
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peran bale kayuq (bale balaq, bale jajar, berugak sekepat dan berugak sekenem) dalam proses recovery pasca gempa bumi yang mengguncang Lombok. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretive kualitatif, dengan teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive. Informan penelitian adalah para penyintas bencana gempa Lombok, dan relawan bencana. Setting penelitian dilakukan di Dusun Pandanan Desa Malaka Kab. Lombok Utara. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, pengamatan dan studi literarur. Teknik croscheck data menggunakan triangulasi dan teknik analisis data menggunakan metode alir dari Milles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gempa bumi telah menimbulkan trauma terhadap bale batu (rumah batu). Bale batu sebagai wujud dari peradaban yang dihasilkan oleh masyarakat modern terbukti menempatkan masyarakat pada kondisi risk society. Sehingga pada kondisi traumatis tersebut terbangun kesadaran bahwa bale batu tidak lebih kuat daripada bale kayuq. Terutama, fakta menunjukkan bahwa sebagian besar bale kayuq tidak terdampak oleh gempa bumi. Masyarakat kemudian kembali merefleksi kearifan lokal hunian mereka. Dalam habitus masyarakat Lombok, hampir setiap rumah memiliki berugak (salah satu bentuk bale kayuq) sebagai tempat menerima tamu.Keberadaan berugak ini membuat penduduk secara psikologis lebih tenang karena memiliki tempat tinggal sementara yang nyaman, selain itu secara teknis lebih aman dari guncangan gempa yang terus terjadi dan secara sosial mereka kembali dapat beraktifitas untuk menjalani kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang darurat.