Merekonstruksi Peran Agama Dalam Proses Mitigasi Bencana
(Reconstructing the Role of Religion in the Process of Disaster Mitigation)
Authors | ||
Issue | Vol 2 No 1 (2019): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA) | |
Section | Articles | |
Section |
Copyright (c) 2019 Talenta Publisher This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NoDerivatives 4.0 International License. |
|
Galley | ||
DOI: | https://doi.org/10.32734/lwsa.v2i1.580 | |
Keywords: | Mitigasi Pendidikan Agama Bencana | |
Published | 2019-11-20 |
Abstract
Abstract
Almost every time a disaster occurs in this country, religious discourses always appear or intentionally are appeared for the interests of certain elite or religious groups. Discourses that links disasters with God's doom or the reluctance of citizens to evacuate, before, during, and even those who refuse relocation after the disaster event by utilizing religious beliefs or doctrines as their basis, to some extand, requires a wiser solution. The approach that tends to be in the same direction and only considers the "scientific" aspect, sometimes it actually triggers the increasing resistance of citizens who have the potential to be affected by disasters. The case of the death of Mbah Maridjan and several of his followers in the Merapi Eruption disaster in 2010, for example, could be a valuable lesson that the disaster mitigation process only relies on one aspect, in this case an explanation from BMKG, which is then rigidly socialized without touching aspects of trust deeply rooted in the community around the slopes of Merapi, it did not work well. Simply put, by following Auguste Comte's three-stage theory of society, namely: religion, metaphysics, and positivity, we should be able to learn that a positive (scientific) approach will only work well in a positive society. If we impose a positive approach to the community at the level of religion and metaphysics, of course it will cause problems, especially related to the effectiveness of the approach in solving disaster mitigation problems in the community because indeed each of these levels has a different foundation of belief in truth with another. Through Comte's understanding of the three-stage theory of society, this paper invites readers to be able to reconstruct the role of religion in the disaster mitigation process, especially related to bancana management issues that come in contact with issues of public confidence and trust. Of course, this paper is made in the hope that it can present a more comprehensive approach and be able to minimize the impact of natural disasters in the community
Hampir setiap kali terjadi bencana di negeri ini, wacana keagamaan selalu muncul atau sengaja dimunculkan untuk kepentingan elit ataupun kelompok agama tertentu. Wacana yang mengkaitkan bencana dengan azab Tuhan ataupun keengganan warga untuk mengungsi, baik sebelum, selama, dan bahkan yang menolak relokasi setelah peristiwa bencana dengan menjadikan kepercayaan atau keyakinan agama sebagai dasarnya, tentu saja perlu adanya penangana yang lebih bijak. Pendekatan yang cenderung searah dan hanya mempertimbangkan aspek “ilmiah” saja, terkadang justeru memicu semakin besarnya penolakan dari warga yang berpotensi terdampak bencana. Kasus meninggalnya Mbah Maridjan dan beberapa pengikutnya pada bencana Erupsi Merapi tahun 2010, misalnya, bisa menjadi pelajaran yang berharga bahwa proses mitigasi bencana yang hanya bertumpu pada satu aspek, dalam hal ini penjelasan dari BMKG, yang kemudian disosialisasikan secara rigid tanpa menyentuh aspek-aspek kepercayaan yang mengakar cukup kuat di masyarakat sekitar lereng Merapi, ternyata tidak berhasil dengan baik. Secara sederhana, dengan mengikuti teori tiga tahap masyarakat dari Auguste Comte, yaitu: agama, metafisika, dan positif, seharusnya kita bisa belajar bahwa pendekatan positif (ilmiah) hanya akan bekerja dengan baik pada masyarakat positif. Apabila kita memaksakan pendekatan positif kepada masyarakat yang ada pada level agama dan metafisika, tentu saja akan menimbulkan permasalahan, khususnya terkait dengan efektifitas pendekatan tersebut dalam menyelesaikan permasalahan mitigasi bencana di masyarakat karena memang masing-masing level tersebut memiliki landasan keyakinan akan kebenaran yang berbeda satu dengan yang lain. Melalui pemahaman teori masyarakat tiga tahap yang dilontarkan oleh Comte, makalah ini mengajak para pembaca untuk bisa merekonstruksi kembali peran agama dalam proses mitigasi bencana, khususnya terkait dengan isu-isu manajemen bancana yang bersentuhan dengan masalah keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Tentu saja, makalah ini dibuat dengan harapan bisa menghadirkan pendekatan yang lebih komprehensif dan mampu meminimalisir dampak bencana alam di masyarakat.