Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

The Use and Function of Gondang Sabangunan in the Pasahat Hoda Debata Ceremony in the Toba Batak Community

Authors
  • Sastra Gunawan Pane Universitas Sumatera Utara, Jl. Dr. T. Mansur No. 9, Kampus Padang Bulan, Medan, 20155, Indonesia
  • Mauly Purba Universitas Sumatera Utara, Jl. Dr. T. Mansur No. 9, Kampus Padang Bulan, Medan, 20155, Indonesia
Issue       Vol 7 No 2 (2024): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)
Section       Articles
Galley      
DOI: https://doi.org/10.32734/lwsa.v7i2.2090
Keywords: pasahat hoda Debata gondang sabangunan use function penggunaan fungsi
Published 2024-03-01

Abstract

The tradition of pasahat hoda Debata is one of the highest ritual ceremonies in the Batak Toba community. Within this tradition, the use of gondang sabangunan is integral. This research aims to understand the usage and function of gondang sabangunan within the pasahat hoda Debata tradition performed by the Community of Ruma Parsaktian Ompung Raja Isumbaon in Sijambur Pusuk Buhit, Samosir. Employing a qualitative method, Alan P. Meriam's theory (1964) on use and function is selected to examine the usage and function of gondang sabangunan. Research data sources are obtained from pargonsi (traditional Batak Toba musicians), panuturi (ceremonial leaders), and the descendants' community of Ruma Parsaktian Ompung Raja Isumbaon Raja Isumbaon. Data collection techniques involve literature review, observation, and interviews, while data analysis employs methods such as data condensation, data display, conclusion drawing, and verification. This qualitative descriptive research aims to provide a systematic, factual, and accurate portrayal of a specific fact. The research findings indicate that gondang sabangunan is used during various ceremonial moments and its functions include serving as a means of communication, symbolism, and validation of the ceremony during pasahat hoda Debata.

 

Tradisi pasahat hoda Debata merupakan salah satu upacara ritual tertinggi pada masyarakat Batak Toba. Dalam tradisi pasahat hoda Debata tidak bisa terlepas dengan gondang sabangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan dan fungsi gondang pada tradisi pasahat hoda Debata yang dilaksanakan Komunitas Ruma Parsaktian Ompung Raja Isumbaon di Sijambur Pusuk Buhit, Samosir. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teori Alan P. Meriam (1964) tentang use and function dipilih untuk melihat penggunaan dan fungsi gondang sabangunan. Sumber data penelitian diperoleh dari pargonsi (pemain musik tradisional Batak Toba), panuturi (pemimpin upacara), dan komunitas keturunan Raja Isumbaon. Teknik Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, observasi, dan wawancara, sementara analisis data menggunakan metode kondensasi data (data condensation), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan serta verifikasi (conclusion drawing/verification). Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan memberikan gambaran yang sistematis, faktual, dan akurat terkait suatu fakta tertentu. Hasil penelitian menunjukkan gondang sabangunan digunakan pada saat gondang mandudu, gondang manggora sahala, mangharihir dan paborothon hoda Debata, gondang umum hasuhuton, gondang mamuhai hoda Debata, gondang manaruhon bobak tu pusuk buhit, gondang mananom bobak. Sedangkan fungsi gondang pada upacara pasahat hoda debata adalah sebagai sarana komunikasi, sebagai perlambangan, sebagai pengabsahan upacara.