Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

The Heroic History of Prince Makassar Maintaining Self-Esteem and Honor: Daeng Mangalle son of Sultan Hasanuddin

Authors
  • Nuhung Faculty Of Culutral Sciences, USniversitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
  • Arie Azhari Nasution Faculty Of Culutral Sciences, USniversitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
Issue       Vol 7 No 2 (2024): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)
Section       Articles
Galley      
DOI: https://doi.org/10.32734/lwsa.v7i2.2065
Keywords: Heroic Action History Makassar Siam Kingdom Daeng Mangalle Aksi Heroik Sejarah Makasar Kerajaan Siam
Published 2024-03-01

Abstract

This study aim to identify, analyze, and examine the interest of historical content of Heroit Daeng Mangalle. Daeng Mangalle is son of Sultan Hasanuddin and Prince Makassar. The method of this study is use study historical sources. This story begins in the 17th century until 1664 as many as 250 Makassar men and women sailed from the land of Gowa. Three years living in Java, Daeng Mangalle aeng Mangalle, who was the son of Sultan Hasanuddin and his entourage then moved to Siam (Thailand). The result of this courage is also an action for other residents who previously did not have the courage. Apart from European troops, Thai troops also took part in the rebellion of Daeng Mangalle and his followers. This heroic act was designed in such a way, one of the rebellion plans carried out by Daeng's followers where several of his followers disguised themselves as Thai troops and joined the group of British soldiers on his ship. Through this action, 5 British captains and several French companies were eliminated. The interesting things from the heroic story of Daeng Mangalle with his follower is where the rebel groups used tombak and badik to the soldiers as well as tools that killed many soldiers. So it can be said that this rebellion was an act of resistance between traditional tools and sophisticated weapons. The King of Siam's pardon for Daeng Mangalle's two children is also interesting. Not just forgiveness, Daeng Mangalle's two sons also taken to France to study and live.

 

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengkaji ketertarikan terhadap muatan sejarah Heroit Daeng Mangalle. Daeng Mangalle adalah putra Sultan Hasanuddin dan Pangeran Makassar. Metode penelitian ini adalah dengan menggunakan studi sumber-sumber sejarah. Kisah ini dimulai pada abad ke-17 hingga tahun 1664 sebanyak 250 orang laki-laki dan perempuan Makassar berlayar dari tanah Gowa. Tiga tahun tinggal di Jawa, Daeng Mangalle aeng Mangalle yang merupakan putra Sultan Hasanuddin dan rombongan kemudian pindah ke Siam (Thailand). Hasil dari keberanian ini juga menjadi aksi bagi warga lain yang sebelumnya tidak berani. Selain pasukan Eropa, pasukan Thailand juga turut andil dalam pemberontakan Daeng Mangalle dan pengikutnya. Aksi heroik tersebut dirancang sedemikian rupa, salah satu rencana pemberontakan yang dilakukan oleh pengikut Daeng dimana beberapa pengikutnya menyamar menjadi pasukan Thailand dan bergabung dengan rombongan tentara Inggris di kapalnya. Melalui aksi ini, 5 kapten Inggris dan beberapa kompi Perancis tersingkir. Hal yang menarik dari kisah kepahlawanan Daeng Mangalle bersama pengikutnya adalah dimana kelompok pemberontak menggunakan tombak dan badik kepada para prajurit serta alat-alat yang membunuh banyak prajurit. Jadi bisa dikatakan pemberontakan ini merupakan aksi perlawanan antara alat tradisional dengan senjata canggih. Pengampunan Raja Siam terhadap kedua anak Daeng Mangalle juga menarik. Tak hanya sekedar pengampunan, kedua putra Daeng Mangalle juga dibawa ke Prancis untuk belajar dan tinggal.