Peran Penyuluh dan Sikap Petani dalam Pengembangan Kelompok di Kecamatan Barusjahe
The Roles of Extensionists and Attitudes of Farmers in Group Development in Barusjahe District
Authors | ||
Issue | Vol 1 No 1 (2018): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA) | |
Section | Articles | |
Galley | ||
DOI: | https://doi.org/10.32734/lwsa.v1i1.169 | |
Keywords: | Peran Penyuluh Pengembangan Kelompok Tani Sikap Petani | |
Published | 2018-10-17 |
Abstract
Kabupaten Karo merupakan sentra produksi tanaman hortikultura di Sumatera Utara dengan jumlah kelompok tani yang mencapai 3.003 kelompok. Namun hanya 44 kelompok yang berada pada kelas ―Lanjutan‖ sementara sisanya berada di kelas ―Pemula‖. Untuk menganalisis kondisi tersebut, dilakukan penelitian di Kecamatan Barusjahe, sebab daerah tersebut memiliki perkembangan kelompok tani yang paling baik (Bapeluh Kabupaten Karo, 2014). Data diperoleh dari penyuluh dan kelompok tani yang ditentukan dengan metode sensus dan purposive sampling. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan metode skoring terhadap 49 indikator untuk menentukan peran penyuluh dan 20 pernyataan positif dan negatif untuk menentukan sikap anggota kelompok tani terhadap peran penyuluh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total skor peran penyuluh adalah sebesar 114,53 dan termasuk dalam kategori ―sedang‖, dan 72,22% anggota kelompok tani bersikap positif terhadap peran penyuluh pertanian tersebut. Kondisi tersebut merupakan peluang untuk pengembangan kelompok tani di Kecamatan Barusjahe, namun perlu perbaikan dalam beberapa hambatan seperti kesadaran pengurus dan anggota kelompok, partisipasi anggota kelompok, perencanaan dan pelaksanaan program yang memiliki komoditi berbeda dan areal lahan yang tidak pada satu hamparan, jumlah tenaga penyuluh, kelengkapan dan kesesuaian sarana dan prasarana yang dimiliki. Diharapkan dengan perbaikan hambatan tersebut kelompok tani di Kecamatan Barusjahe dapat mencapai tingkat kelas yang lebih tinggi.
Karo Regency is a center for horticulture production in North Sumatra with a total of 3,003 farmer groups. However, only 44 groups were in the "Continuation" class while the rest were in the "Beginner" class. To analyze these conditions, research was conducted in Barusjahe District, because the area had the best development of farmer groups (Bapeluh Karo District, 2014). Data obtained from extension agents and farmer groups were determined by the census method and purposive sampling. Furthermore, the data were processed using the scoring method on 49 indicators to determine the role of extension agents and 20 positive and negative statements to determine the attitude of members of farmer groups to the role of extension agents. The results showed that the total score of the instructor's role was 114.53 and included in the category of "midwife", and 72.22% of members of the farmer group were positive towards the role of the agriculture extension agents. This condition was an opportunity for the development of farmer groups in Barusjahe Subdistrict, but still needed to be improved in several obstacles such as awareness of administrators and group members, group member participation, planning and implementation of programs that had different commodities and land areas that werenot in one overlay and suitability of facilities and infrastructure owned. It was expected that by improving these barriers, farmer groups in Barusjahe Sub-district could reach a higher class level.