Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

Dinamika Musik Tiup (Brass Band) pada Masyarakat Batak Toba di Kota Medan

Authors
  • Torang Naiborhu Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
  • Fadlin Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
Issue       Vol 5 No 5 (2022): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)
Section       Articles
Galley      
DOI: https://doi.org/10.32734/lwsa.v5i5.1650
Published 2022-12-31

Abstract

Pertama sekali, musik tiup mulai digunakan di HKBP Sidorame dan HKBP Jl. Sudirman Medan dalam acara kebaktian gereja sekitar tahun 1962.  Dalam perkembangan selanjutnya, musik tiup pun mulai digunakan untuk kebutuhan upacara adat dengan tingkat permintaan yang cukup tinggi. Melihat kebutuhan yang sedemikian besar, akhirnya pada tahun 1987 didirikanlah grup musik tiup komersial yang pertama di kota Medan, yaitu Duma Musik. Inilah yang menjadi cikal bakal berkembangnya musik tiup komersial di kota ini. Dari tahun ke tahun musik tiup terus mengalami perkembangan, hingga sampai akhir tahun 2000 telah berdiri 21 grup musik tiup Batak Toba di Kota Medan. Perkembangannya bukan hanya menyangkut pada jumlah grup musik, tetapi juga perkembangan instrumen dengan memadukan instrumen musik tiup dan instrumen musik tradisional (seperti, sulim, dan hasapi), serta sarana pendukung dari ansambel tersebut, yaitu sound system (sistim suara) dan mixer (alat elektrik untuk memadukan bunyi instrumen agar terdengar lebih harmonis). Lagu-lagu atau repertoar yang digunakan juga berkembang dari lagu-lagu tradisional Batak Toba, lagu-lagu rakyat setempat, lagu dangdut, lagu-lagu populer baik pop daerah, pop Indonesia maupun lagu-lagu asing.

 

The first time, brass band began to be used at HKBP Sidorame and HKBP Jl. Sudirman Medan in church services around 1962. In subsequent developments, brass band began to be used for the needs of traditional ceremonies with a fairly high level of demand. With such a great need, finally in 1987 the first commercial wind band was established in the city of Medan, namely Duma Musik. This is the forerunner to the development of commercial wind music in this city. In the following years, brass band continues to develop, until the end of 2000 there have been 21 Batak Toba wind music groups in Medan City. Its development is not only concerned with the number of musical groups, but also the development of instruments by combining wind instruments and traditional musical instruments (such as sulim, and hasapi), as well as the supporting facilities of the ensemble, namely sound systems (sound systems) and mixers (electrical instruments). to mix instrument sounds to make them sound more harmonious). The songs or repertoire used also developed from traditional Toba Batak songs, local folk songs, dangdut songs, popular songs both regional pop, Indonesian pop and foreign songs.