Religiusitas pada Gay (Studi Fenomenologis)
Religiosity in Gay (Phenomenological Study)
Authors | ||
Issue | Vol 1 No 1 (2018): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA) | |
Section | Articles | |
Galley | ||
DOI: | https://doi.org/10.32734/lwsa.v1i1.144 | |
Keywords: | religiusitas gay | |
Published | 2018-10-17 |
Abstract
Eksistensi gay hingga saat ini masih menjadi hal yang kontroversial dan dipandang negatif di masyarakat Indonesia. Sebagian dari masyarakat menganggap tidak mungkin seorang gay memiliki religiusitas, tetapi sebagian lainnya percaya seorang gay juga memiliki religiusitas. Pendapat yang kontroversial ini mendorong peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana sebenarnya religiusitas yang dimiliki oleh seorang gay. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi gay, usia saat menyadari dirinya adalah gay, serta penghayatan mereka terhadap orientasinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologis, dengan partisipan 3 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan pengkodingan, rekonstruksi data, dan merumuskannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keimanan para partisipan tidak terpengaruh dengan kondisinya sebagai gay, serta tidak ada keinginan untuk jauh dari agama dan ibadah. Berkaitan dengan aspek keyakinan, partisipan yakin dengan kebenaran agama Islam, Al-Qur’an, nabi dan rasul, malaikat, hari kiamat, dan takdir. Tetapi pada aspek peribadatan, para partisipan sudah jarang ikut pengajian dan shalat dimesjid saat sudah menjalani kehidupan sebagai gay. Meskipun aspek pengetahuan para partisipan relatif sama, namun aspek pengalamannya menunjukkan adanya keraguan menjalankan ibadah (apakah akan diterima atau tidak), ada perasaan malu dan takut pada Allah. Pengamalan religiusitasnya menunjukkan adanya sikap berbohong pada orangtua terkait dengan orientasinya serta sulit untuk tinggalkan dunia gay. Faktor yang menyebabkan para partisipan menjadi gay adalah pengalaman negatif diusia sebelumnya. Menyadari diri sebagai gay berada pada rentang masa remaja. Penghayatan partisipan terhadap orientasinya sebagai gay secara umum memiliki kesamaan yaitu menganggapnya sebagai cobaan dari Allah, sama seperti orang-orang lain, yang diberi cobaan yang berbeda-beda.
The existence of gay is still a controversial and negative thing among Indonesian society. Some people consider it impossible for a gay to have religiosity, but others believe a gay also has religiosity. This controversial opinion encouraged researchers to conduct research to find out how religiosity is actually owned by a gay person. In addition, it was also conducted to find out the factors that cause a person to become a gay, such as the age when he realized he was a gay, and their appreciation of their orientation. This study used a phenomenological qualitative method, with 3 participants. Data collection was done by intimate interviews. Data analysis was done by coding, data reconstruction, and formulating it. The results of the study showed that the faith of the participants was not affected by his condition as gay, and there was no desire to be far from religion and worship. Regarding the aspects of faith, participants were confident in the truth of Islam, the Qur'an, prophets and messengers, angels, doomsday, and destiny. But in the aspect of worship, the participants had rarely participated in recitation and prayer in the mosque when they had lived a gay life. Although the aspects of the participants' knowledge were relatively the same, but the aspect of their experience shows that there were doubts about worshiping (whether to be accepted or not), there was a feeling of shame and fear of God. The practice of religiosity showed an attitude of lying to parents related to their orientation and it was difficult to leave the lifestyle. The factor that caused the participants to be gay was a negative experience in the previous age. Recognizing themselves as gay was occurred in the range of adolescence. The appreciation of the participants for their orientation as gay in general had a similarity, namely to regard it as a trial from God, just like other people who were given different trials.