Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

Relasi Gramatikal Subjek Bahasa Pakpak Dairi: Kajian Tipologi

Grammatical Relationship of Pakpak Dairi Language Subjects: Typological Studies

Authors
  • Ida Basaria Universitas Sumatera Utara
Issue       Vol 1 No 1 (2018): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)
Section       Articles
Galley      
DOI: https://doi.org/10.32734/lwsa.v1i1.140
Keywords: Relasi gramatikal tipologi linguiti subjek objek oblik
Published 2018-10-17

Abstract

Secara etimologis, kata tipologis berarti pengelompokan ranah (classification of domain). Pengertian tipologi bersinonim dengan istilah taksonomi. Istilah teknis tipologi yang masuk ke dalam linguistik mempunyai pengertian pengelompokan bahasa-bahasa berdasarkan ciri khas strukturnya. Kajian ini berusaha mencermati fitur-fitur dan ciri-ciri khas gramatikal bahasa-bahasa di dunia, dan membuat pengelompokan yang bersesuaian dengan parameter tertentu. Kajian tipologi bahasa umumnya dimaksudkan untuk mengklasifikasikan bahasa berdasarkan perilaku struktural yang ditampilkan oleh suatu bahasa. Tujuan kajian tipologi bahasa terutama diarahkan untuk menjawab pertanyaan: seperti apa bahasa x itu? Kajian tipologis terhadap BPD, sebagai salah satu bahasa daerah di Sumatera Utara (termasuk kelompok bahasa Austronesia Barat), cukup penting dan bernilai ilmiah untuk dilakukan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sampai saat ini masih terdapat banyak pendapat tentang pengelompokan secara tipologis bahasa-bahasa daerah di Indonesia.Relasi gramatikal memegang peranan penting dalam sintaksis bahasa alamiah, karena berhubungan dengan sejumlah konsep dan istilah sintaksis (gramatikal) seperti S(ubjek), O dan OBLik. Dengan menggunakan metode deskriptif melalui uji gramatikal dan dengan pendekatan teori tipologi linguistik dapat disimpulkan bahwa relasi S pada klausa dasar BPD selalu berperan sebagai Agen; Subjek pada klausa berprefiks nasal pada posisi FN2 pos-Verbal yang merupakan argumen Agen; sementara itu FN1pos Verba adalah ditempati oleh argumen Pasien. Pada BPD, Subjek dan Objek pada klausa verba zero senantiasa dapat direlatifkan; sementara pada klausa verba berafiks nasal hanya relasi S yang dapat direlatifkan. Relasi O merupakan FN yang langsung mengikuti verba dan tak dapat disisipi oleh adverbia apapun. Relasi O dapat dinaikkan posisinya menjadi S pada pemasifan BPD; sementara itu S kalimat asal menjadi relasi OBL.

 

Etymologically, the typological word means classification of domain. The definition of typology is synonymous with taxonomic terms. The technical term typology that enters linguistics has the meaning of grouping languages based on their structural characteristics. This study tried to examine the features and characteristics of grammatical languages in the world, and make groupings that correspond to certain parameters. Language typology studies are generally intended to classify languages based on the structural behavior displayed by a language. The purpose of the study of language typology was primarily directed to answer the questions: what is the x language? Typological studies of BPD, as one of the local languages in North Sumatra (including the West Austronesian language group), are quite important and have scientific value to be done. This was due to the fact that until now there are still many opinions about the typological grouping of local languages in Indonesia. Grammatical relations play an important role in natural language syntax, because they are related to a number of concepts and terms of syntax (grammatical) such as S (ubject), O and OBLic. By using the descriptive method through grammatical testing and with the approach of linguistic typology theory, it could be concluded that the relation of S in the basic clause of the BPD always acted as an Agent; The subject in the nasal prefix clause was in the post-Verbal FN2 position which was the Agent argument; meanwhile FN1pos verbs were occupied by Patient arguments. At the BPD, Subject and Object in the zero verb clause could always be relativized; while in the nasal affixed clause, it was only the relation of S that could be relativized. O relation was an FN that directly followed verbs and couldn’t be inserted by any adverb. The position of O relation could be raised to S in the passive of BPD; while the original sentence S was the relation of OBL.