Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

Perbandingan Peta Bahasa dan Peta Administrasi di Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua

Authors
  • Tengku Syarfina Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Bogor, Indonesia
  • Satwiko Budiono Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Bogor, Indonesia
Issue       Vol 5 No 2 (2022): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)
Section       Articles
Galley      
DOI: https://doi.org/10.32734/lwsa.v5i2.1375
Keywords: Peta bahasa status bahasa dialektologi bahasa di Kabupaten Kepulauan Yapen Language map language status dialectology language in Yapen Islands Regency
Published 2022-02-14

Abstract

Ada perbedaan antara peta bahasa dengan peta administrasi. Peta bahasa mencakup batas wilayah penggunaan bahasa suatu kelompok, sedangkan peta administrasi mencakup batas wilayah administrasi pemerintahan. Penggunaan bahasa suatu kelompok tidak dapat dilihat dari peta administrasi sehingga membutuhkan peta bahasa tersendiri. Hal ini disebabkan penggunaan bahasa memiliki kecenderungan batas berdasarkan topografi unsur alam dan buatan yang berbeda situasi dan kondisinya di setiap daerahnya. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini berusaha membuat peta bahasa di Kabupaten Kepulauan Yapen. Dasar pemilihan daerah pengamatan di Kabupaten Kepulauan Yapen disebabkan daerah pengamatan ini termasuk ke dalam satu-satunya kabupaten kepulauan di Provinsi Papua sehingga penggunaan bahasanya menarik dilihat menggunakan peta bahasa dibandingkan kabupaten/kota lain yang sebagian besar tergolong daerah rawa dan pegunungan. Data penelitian diambil dari hasil pemetaan bahasa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Metode penelitian menggunakan pendekatan dialektologi dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Pembuatan peta bahasa didasarkan penghitungan etima dan penghitungan dialektometri dari metode kuantitatif, sedangkan metode kualitatifnya melihat perbandingan peta dan data kebahasaan di Kabupaten Kepulauan Yapen. Hasilnya, peta bahasa di Kabupaten Kepulauan Yapen terdiri atas 14 bahasa, yaitu bahasa Ambai, Ansus-Papuma, Berbai (Woda), Busami, Kurudu (Myobo), Maraw, Munggui, Poom, Saweru, Serui Laut, Wabo, Warari Onate, Wooi, dan Yawa Onate. Hasil ini didasarkan pada penghitungan dialektometri sebesar >80% antarisoleknya yang tergolong berbeda bahasa.

 

There is a difference between language maps and administrative maps. The language map contain the boundaries of the language use area, while the administrative maps contain the administrative boundaries of the government. The Language use cannot be seen from the administrative map, so it requires a separate language map. This is because the language use has a boundary tendency based on the natural topography and artificial elements, which differ in situations and conditions in each region. In this regard, the study attempted to create a language map in the Yapen Islands Regency. The basis for selecting the study area in the Yapen Islands Regency is because this study area is the one and only archipelagic regency in Papua Province so that the language use is interesting to see using a language map compared to other regencies or cities which are mostly classified as swamp and mountainous areas. The research data was taken from the results of the language mapping of the National Agency for Language Development and Cultivation under authority by Ministry of Education, Culture, Research, and Technology. The research method uses a dialectological approach with quantitative and qualitative methods. Language maps is based on dialectometry calculations from quantitative methods, while the qualitative method looks at the comparison of maps and linguistic data in the Yapen Islands Regency. As a result, the language maps in Yapen Islands Regency consists of 13 languages, namely Ambai, Ansus-Papuma, Berbai (Wabo), Busami, Kurudu (Myobo), Maraw, Munggui, Poom, Saweru, Serui Laut, Warari Onate, Wooi, and Yawa Onate. This result is based on the dialectometry calculation of >70% between the isolects belonging to different languages.