Faktor Pemicu Stress Kerja dan Konflik Peran Ganda (Studi Kasus Pada Pekerja Wanita di Industri Pengolahan Karet)
Trigger Factors of Work Stress and Dual Role Conflict (Case Study of Female Workers in the Rubber Processing Industry)
Authors | ||
Issue | Vol 1 No 1 (2018): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA) | |
Section | Articles | |
Galley | ||
DOI: | https://doi.org/10.32734/lwsa.v1i1.135 | |
Keywords: | Kepemimpinan Lingkungan Kerja Fisik Konflik Peran Ganda Stress Kerja | |
Published | 2018-10-17 |
Abstract
Saat ini semakin banyak jumlah wanita yang bekerja. Data BPS tahun 2015 menunjukkan bahwa perbandingan jumlah wanita dan pria yang bekerja di Indonesia mencapai 4:6. Peningkatan jumlah angkatan kerja wanita memicu terjadinya konflik peran ganda yang dialami wanitaserta dapat memicu stres kerja pada pekerja wanita. Wanita harus berperan sebagai karyawan yang baik bagi perusahaan dan sebagai istri dan ibu rumah tangga yang baik. Tekanan dalam pekerjaan membuat wanita tidak mampu secara seimbang membagi waktu dan perhatiannya pada pekerjaan dan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pemicustres kerja dan konflik peran ganda pekerja wanita. Konflik peran ganda sebagai variabel intervening yangmemediasi hubungan antar kepemimpinan dan lingkungan kerja fisik terhadap stress kerja. Penelitian dilaksanakan di dua perusahaan besar yang bergerak pada industri pengolahan karet. Kriteria sampeladalah pekerja wanita yang sudah menikah dan mempunyai anak. Sebanyak 62 karyawan menjadi sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi untuk meningkatkan akurasi instrumen serta pemahaman situasi sebenarnya. Data dianalisis dengan menggunakan analisis jalur. Penelitian menunjukkan bahwa pemicu konflik peran ganda pekerja wanita di pabrik karet adalah kepemimpinan dan lingkungan kerja fisik. Pemicu stres kerja pekerja wanita adalah kepimpinan dan konflik peran ganda yang dialami pekerja wanita. Konflik peran ganda mampu memediasi secara signifikan lingkungan kerja fisik terhadap stres kerja namun tidak memediasi pengaruh kepemimpinan terhadap stres kerja.
Nowadays, the number of female worker is increasing. The 2015 Central Agency on Statistics (BPS) data showed that the ratio of women and men working in Indonesia reached 4:6. An increase in the number of female workforce triggers dual role conflict experienced by women and can trigger work stress on female workers. Women must act as good employees for the company and also as good wives and housewives. Pressure in work makes women unable to balance their time and attention in work and family equally. This study aimed to determine the trigger factors for work stress and the dual role conflict of female workers. Dual role conflict as an intervening variable that mediated the relationship between leadership and physical work environment towards work stress. The research was conducted in two large companies engaged in the rubber processing industry. The sample criteria were married female workers that have children. A total of 62 employees became the samples that met the criteria in the study. The data were collected using questionnaires, interviews, and observations to improve the accuracy of the instrument as well as understanding the actual situation. The data were analyzed using path analysis. Research showed that the trigger for the dual role conflict of women workers in rubber factories are leadership and the physical work environment. The trigger for work stress for female workers was leadership and dual role conflicts experienced by female workers. Dual role conflict was able to significantly mediate the physical work environment against work stress but did not mediate the influence of leadership on work stress.