Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

Modalitas dalam Mata Najwa “Jokowi Diuji Pandemi”: Wacana Berbasis Korpus

Authors
  • Nadya Inda Syartanti Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia
Issue       Vol 5 No 1 (2022): Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)
Section       Articles
Galley      
DOI: https://doi.org/10.32734/lwsa.v5i1.1336
Keywords: konkordansi korpus leksikon modalitas wacana
Published 2022-01-31

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis modalitas yang digunakan oleh Presiden Jokowi dan Najwa Shihab pada talk show Mata Najwa episode “Jokowi Diuji Pandemi”. Penelitian ini menggunakan pendekatan metodologis, yaitu deskriptif kualitatif melalui pendekatan teoretis modalitas menurut Hassan Alwi. Data penelitian ini adalah kalimat yang menunjukkan penggunaan modalitas yang bersumber dari hasil wawancara Presiden Jokowi dengan Najwa Shihab dalam talk show Mata Najwa. Metode pengumpulan data dalam penelitian yaitu metode padan dan kontekstual dengan teknik dokumentasi dan observasi dengan menggunakan piranti korpus AntConc. Adapun metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif atas data kuantitatif yang didasarkan atas kemunculan leksikon dengan frekuensi tinggi (leksikon yang menjadi kata kunci), konkordansi, sehingga diketahui pemarkah gramatikal lain (modalitas) yang membangun makna dalam wacana tersebut. Selain itu, untuk memperkuat argumentasi, analisis juga menampilkan konteks peristiwa saat wacana disampaikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari wacana wawancara Presiden Jokowi dengan Najwa, kata kunci yang muncul secara konsisten adalah kata kunci ‘AKAN’ sebagai penanda modalitas intensional, sehingga dapat diketahui bahwa modalitas yang paling dominan dalam wacana tersebut adalah modalitas intensional. Kedominanan modalitas intensional dalam wacana tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya harapan, keinginan, permintaan, dan permohonan dari warga masyarakat terhadap pemerintah agar penanganan pandemi Covid-19 dapat diberlakukan dan dijalankan secara adil dan merata sehingga warga masyarakat dapat menjalani aktivitas sesuai peraturan yang berlaku. Meskipun pemerintah membuat berbagai kebijakan dan peraturan dalam penanganan pandemi Covid-19 demi mendisiplinkan masyarakat dalam melakukan aktivitas (modalitas deontik), tetapi bila kebijakan yang berisi peraturan itu berbeda di antara pihak-pihak berwewenang yang mengeluarkan kebijakan, maka masyarakat akan berbuat sesuai keinginannya sendiri tanpa mempedulikan peraturan yang berlaku (modalitas epistemik). Hal ini juga dapat dipahami bahwa kebijakan yang telah dikeluarkan akan menunjukkan kemampuan pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 apakah sesuai harapan atau tidak (modalitas dinamik).