Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

Perancangan Stasiun Kerja Pebatik Canting dengan Pendekatan Ergonomi Partsipatori(Studi Kasus: Batik Putra Laweyan)

Authors
  • Riski Arifin Pascasarjana, Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia
  • Muhammad Ragil Suryoputro Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia, Yoygakarta, Indonesia
Issue       Vol 2 No 3 (2019): Talenta Conference Series: Energy and Engineering (EE)
Section       Articles
Galley      
DOI: https://doi.org/10.32734/ee.v2i3.764
Keywords: musculoskeletal kelelahan Nordic Body Map ergonomi partisipatori
Published 2019-12-19

Abstract

Di era globalisasi permintaan konsumen akan suatu barang semakin meningkat setiap waktunya, hal tersebut membuat pekerjaan harus dilakukan dengan cepat agar memenuhi akan keinginan para konsumen tersebut. Untuk meningkatkan permintaan konsumen tersebut pengusaha bisa meningkatkan salah satunya dengan cara memperbaiki fasilitas-fasilitas bekerja. Dalam memproduksi batik fasilitas utama untuk para pekerja adalah kursi dan gawangan akan tetapi fasilitas yang ada tidak memenuhi kaidah ergonomi dan hal tersebut membuat ketidaknyaman dalam bekerja. Dalam penelitian ini peneliti ingin melakukan perancangan kursi dan gawangan sesuai dengan kaidah ergonomi agar pekerja dapat melakukan aktivitas bekerja dengan nyaman, penelitian ini bertempat di Batik Putra Laweyan Solo Jawa-Tengah. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat resiko cedera musculoskeletal dan kelelahan, dan mengetahui penurunan resiko cedera dengan menggunakan stasiun kerja yang baru dan juga merancang stasiun kerja dengan pendekatan ergonomi partsipatori. Dalam perancangan desain tersebut melibatkan para tim ergonomi partisipatori yang terdiri dari ahli ergonomi, pekerja batik, pemilik batik, ketua forum dan ahli kursi dan gawangan. Dalam penelitian ini menggunakan metode ergonomi partisipatori, RULA, Nordic Body Map¸kemudian kuesioner kelelahan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat keluhan musculoskeletal dengan metode NBM dan RULA, kelelahan sebelum adanya perbaikan stasiun kerja secara berurutan adalah skor 40.42, skor 6, dan skor43.28. Kemudian penurunan tingkat keluhan musculoskeletal dengan metode NBM dan RULA, kelelahan setelah adanya perbaikan stasiun kerja secara berurutan adalah skor 32, skor 4, dan skor 34.71.[1]