Produk Desain Alat Penolak Burung Pengganggu Burung untuk Petani
Authors | ||
Issue | Vol 2 No 3 (2019): Talenta Conference Series: Energy and Engineering (EE) | |
Section | Articles | |
Section |
Copyright (c) 2019 Talenta Conference Series: Energy and Engineering (EE) This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License. |
|
Galley | ||
DOI: | https://doi.org/10.32734/ee.v2i3.748 | |
Keywords: | Alat Penolak Burung QFD Brainstorming Desain Produk | |
Published | 2019-12-19 |
Abstract
Desain produk adalah terjemahan kebijaksanaan intelektual, persyaratan pengusaha, atau kebutuhan konsumen, dll menjadi produk tertentu. Desainer produk menciptakan konsep dan mengevaluasi ide, membuat ide menjadi kenyataan melalui produk dalam pendekatan yang lebih sistematis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat desain yang lebih inovatif dari produk-produk yang sudah ada sebelumnya pada penolak hama burung bagi petani untuk mengurangi burung hama di sekitar lahan pertanian. Atribut alat berasal dari hasil brainstorming oleh perancang alat. Data ukuran desain diperoleh dari pengamatan langsung dan survei pasar pada produk Penolak Burung yang sudah ada di pasar. Alat pencuci burung ini dibuat untuk mengurangi keluhan yang dirasakan oleh petani dalam menggunakan Penolak Burung tradisional. Data yang diperoleh untuk spesifikasi peralatan adalah data dari hasil jawaban kuesioner yang dibagikan langsung kepada petani di Desa Ladang Bambu, Medan Tuntungan, Medan, Indonesia. Brainstorming adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan sejumlah besar ide yang sebagian besar ide-ide ini akan dibuang. Dengan metode QFD, dibandingkan dengan Repellent Bully Bird dengan 3 pesaing lain dengan atribut yang sama. Sub solusi dihasilkan dari penyelesaian masalah yang muncul, termasuk dalam memilih atribut untuk Penolak Burung menggunakan pengukuran Nigel Cross untuk mempertahankan keunggulan dan meningkatkan kualitas produk. Dari generasi alternatif dengan kombinasi atribut, hasilnya adalah alternatif 1 sebagai kriteria dasar dalam membuat laci oranye. Mengevaluasi alternatif menggunakan Pairwise Comparison dan menghitung AHP untuk menghitung bobot setiap atribut dan menentukan peringkat masing-masing alternatif. Rekayasa nilai adalah langkah terakhir dalam proses desain dengan tujuan meningkatkan nilai produk kepada konsumen dan menurunkan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen.