Perbaikan Proses pada Departemen Sewing Menggunakan Pendekatan the 8 Steps Problem Solving untuk Menurunkan Tingkat Kecacatan Produk Garmen
Authors | ||
Issue | Vol 6 No 1 (2023): Talenta Conference Series: Energy and Engineering (EE) | |
Section | Articles | |
Section |
Copyright (c) 2023 Talenta Conference Series: Energy and Engineering (EE) This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License. |
|
Galley | ||
DOI: | https://doi.org/10.32734/ee.v6i1.1922 | |
Keywords: | Industri Garmen Bra Style Kualitas The 8 Steps Problem Solving Tingkat Kecacatan Garment Industry Quality Defect Rate | |
Published | 2023-10-20 |
Abstract
Tingginya tuntutan konsumen industri tekstil dan produk tekstil akan kualitas produk menuntut keseriusan perusahaan produsen tekstil dalam mengatasi kecacatan produk. Hal ini pula yang dialami oleh sebuah perusahaan garmen di Daerah Istimewa Yogyakarta yang memproduksi pakaian dalam wanita dengan kualitas ekspor. Perusahaan ingin menurunkan tingkat kecacatan untuk jenis kecacatan tinggi rendah badan tengah (C1), jebol P2 (C2), dan fullnes (C3) pada produk bra style B4982. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan usulan tindakan perbaikan, khususnya pada Departemen Sewing, untuk menurunkan tingkat kecacatan produk tersebut. Penyelesaian masalah dilakukan dengan metode the 8 Steps Problem Solving. Akar penyebab kecacatan dianalisis menggunakan Root Cause Analysis dengan pendekatan the 5 Whys Analysis. Berdasarkan hasil analisis, diusulkan tindakan perbaikan untuk menurunkan tingkat kecacatan C1, C2, dan C3, masing-masing adalah memotong material sesuai pola (tidak kurang dan tidak lebih), menambahkan aktivitas sisip pada proses P2, dan penggunaan plastic shot dan foam cup oleh operator sesuai style B4982 (tidak boleh salah menggunakan style lain). Implementasi tindakan perbaikan dengan menambah aktivitas sisip pada proses P2 dapat menurunkan tingkat kecacatan C2 dari 1,22% menjadi 0,77% atau sebesar 0,45%. Meskipun memberikan waktu proses yang lebih panjang dan biaya produksi yang lebih besar, tindakan perbaikan tersebut dapat menurunkan biaya rework dan penghematan material. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengimplementasikan tindakan perbaikan yang diusulkan untuk mengurangi tingkat kecacatan C2 dan C3. Untuk menurunkan waktu proses akibat adanya tambahan aktivitas sisip pada proses P2, diperlukan studi gerakan untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi gerakan-gerakan yang tidak produktif.
The high demand from consumers in the textile and textile product industry for product quality demands the seriousness of textile manufacturing companies in overcoming product defects. It is also the case with a garment company in the Special Region of Yogyakarta produces export-quality women's underwear. The company desires to reduce the defect rate in medium height and low body (C1), broken P2 (C2), and fullness (C3) for the B4982 bra-style product. This study is intended to provide recommendations for corrective actions, especially in the Sewing Department. The methods used in this study included the 8 Steps Problem-Solving and the Root Cause Analysis method with the 5 Whys Analysis approach. The proposed corrective actions toreduce the defect rate of C1, C2, and C3, respectively, are cutting the material according to the pattern (nothing less and nothing more), adding insertion activity to the P2 process, and the use of plastic shots and foam cups by the operator according to the B4982 bra-style. Implementing corrective actions by adding insertion activity to the P2 process decreased the C2 defect rate by 0.45%, i.e., from 1.22% to 0.77%. Although it provides a longer processing time and higher production costs, the insert activity in the P2 process could reduce rework costs and save materials. Further research can implement the proposed corrective actions to reduce C1 and C2 defects. Motion studies are needed to identify and eliminate unproductive movements to reduce processing time due to additional insert activity in the P2 process.