Pengaruh Gender dan Media Informasi terhadap Fake News Awareness Terkait Informasi Vaksin Covid-19 dengan Pendekatan Signal Detection Theory
Authors | ||
Issue | Vol 4 No 1 (2021): Talenta Conference Series: Energy and Engineering (EE) | |
Section | Articles | |
Section |
Copyright (c) 2021 Talenta Conference Series: Energy and Engineering (EE) This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License. |
|
Galley | ||
DOI: | https://doi.org/10.32734/ee.v4i1.1298 | |
Keywords: | Signal Detection Theory Fake News Awareness Media Informasi Faktor Gender vaksin COVID-19 | |
Published | 2021-10-29 |
Abstract
Vaksin COVID-19 telah ditemukan untuk mengurangi penyebaran serta pencegahan penuluaran COVID-19. Kekhawatiran masyarakat semakin meningkat bukan hanya karena terkait penyebaran virus dan vaksin COVID-19, melainkan juga penyebaran berita selama pandemi. Fake news yang telah menyebar luas, mengakibatkan tenggelamnya sumber informasi yang kredible. Di Indonesia telah ditemukan 712 isu hoaks per tanggal 22 Desember 2020 terkait vaksin COVID-19 yang menyebar di berbagai media informasi atau media sosial. Berkaitan dengan kasus yang telah ada, penelitian ini membahas terkait fake news awareness berita vaksin COVID-19 yang ditinjau dari perbedaan gender dan media informasi yang sering digunakan untuk mendapatkan berita. Penelitian ini menggunakan signal detection theory (SDT) dengan parameter yang dianalisis yaitu tingkat awareness, respon bias, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap jawaban yang diberikan. Media informasi yang digunakan untuk stimulus dalam penelitian ini yaitu whatsapp, instagram, facebook, dan twitter dengan jumlah 23 fake news dan 7 real news. Responden dalam penelitian ini berjumlah 151 laki-laki, dan 145 perempuan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor gender terdapat pengaruh yang signifikan pada tingkat kesadaran responden pada stimulus yang diberikan. Tetapi, gender laki-laki memiliki tingkat kesadaran pada stimulus lebih rendah dari pada perempuan. Disini terlihat bahwa laki-laki belum baik dalam membedakan antara real news dan fake news (noise). Media informasi terdapat pengaruh yang signifikan pada tingkat awareness responden. Tingkat awareness menunjukkan bahwa media informasi facebook memiliki nilai awareness lebih tinggi dari pada twitter, instagram, dan whatsapp. Pengguna facebook sudah baik dalam membedakan antara real news dan fake news (noise).
The COVID-19 vaccine has been found to reduce the spread and prevent transmission of COVID-19. Public concern is increasing not only because of the spread of COVID-19 and it vaccine, but also the spread of news during the pandemic. The spread of fake news dismiss the credible source of information. In Indonesia, 712 hoax issues have been found as of December 22, 2020 related to COVID-19 vaccine that has spread on various information or social media. Related to the existing cases, this study discusses fake news awareness of COVID-19 vaccine in terms of gender differences and information media that is often used to get news. This study uses signal detection theory (SDT) with the analyzed parameters namely the level of awareness, response bias, the public confidence level in the answers given. The information media stimulus used in this study were WhatsApp, Instagram, Facebook, and Twitter with 23 fake news and 7 real news. Respondents in this study were 151 male and 145 female. This study conclude that the gender factor has significant effect on the respondents awareness level on the given stimulus. However, male has lower level of stimulus awareness than female. It can be seen that male are less good at differentiating real news and fake news (noise). Media information has significant effect on the respondents awareness level. The awareness level shows that Facebook has higher awareness value than Twitter, Instagram, and WhatsApp as information media. Facebook users are already good at distinguishing real news and fake news (noise).