Strategi penangkaran Trenggiling (Manis javanica) di Sumatera Utara
The breeding strategy of Pangolin (Manis javanica) in North Sumatra
Authors | ||
Issue | Vol 1 No 2 (2018): Talenta Conference Series: Agricultural and Natural Resources (ANR) | |
Section | Articles | |
Galley | ||
DOI: | https://doi.org/10.32734/anr.v1i2.241 | |
Keywords: | Strategi Trenggiling Manis javanica penangkaran Sumatera Utara | |
Published | 2018-12-17 |
Abstract
Sampai saat ini upaya penangkaran trenggiling (Manis javanica) sangat terbatas, padahal ancaman kepunangan sangat tinggi akibat perburuan dan perdagangan ilegal serta kerusakan habitat. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi penangkaran trenggiling dalam upaya mempelajari perilaku trenggiling di penangkaran. Penelitian dilakukan dengan cara penangkaran di kandang satwa liar yang dimodifikasi, diberikan pakan dan dicatat perilakunya. Trenggiling yang ditangkarkan berasal dari hasil sitaan dari masyarakat dan penyerahan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukan bahwa trenggiling merupakan (a) satwa yang sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, (b) satwa yang memiliki tingkat stress yang tinggi apabila berdekatan dengan manusia, (c) satwa sangat rentan terhadap penyakit, terutama flu pada lingkungan yang baru, (d) satwa yang menyukai sarang semut dari alam untuk konsumsinya dibandingkan dengan kroto atau lainnya. Oleh karena itu, untuk membudidayakan trenggiling di penangkaran diperlukan (a) bibit yang berasal dari kondisi fisik habitat yang sama, (b) pemeliharaan kesehatan harus intensif, (c) kandang menggunakan tembok dan pagar besi dengan lantai tanah dan (d) ketersediaan air yang cukup serta (e) pemberian pakan pada tahap pemeliharaan awal (1-2 bulan) sebaiknya menggunakan sarang semut yang diambil dari alam.
The efforts of capturing pangolin (Manis javanica) are very limited so far, even though the threat of extinction is very high due to hunting, illegal trade, and habitat destruction. This study aims to develop a pangolin breeding strategy in an effort to study anteater behavior in captivity. The study was carried out by capturing the cage of modified wildlife, feeding and recording behavior. The anteater that is anchored from confiscated products from the community and the surrender of the Center for Natural Resources Conservation (BBKSDA), North Sumatra. The results showed that anteater was (a) an animal that is difficult to adapt to a new environment, (b) animals that have a high level of stress when close to humans, (c) animals were very susceptible to diseases, especially flu in new environments, (d ) animals that like ant nests from nature to consume compared to others. Therefore, to cultivate anteaters in captivity it is necessary (a) seedlings originating from the same physical condition of habitat, (b) health care must be intensive, (c) cages using iron walls and fences with soil floors and (d) availability of water enough and (e) feeding in the initial maintenance stage (1-2 months) should use ant nests taken from nature.