Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

Pengenalan Iptek Bekerja Secara Aseptis Pada Petani Jamur Di Kota Medan

Authors
  • Liana Dwi Sri Hastut Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia
  • Erman Munir Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia
  • Erni Jumilawat Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia
  • Wulan Apridamayant Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia
  • Silfy Anisa Nasution Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia
  • Wira Khairulsyah Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia
  • Devi Agustin Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia
  • Fachri Fauzi Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia
  • Yulinar Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia
  • Fatimah Zahra Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia
Issue       Vol 5 No 1 (2024): Talenta Conference Series: Agricultural and Natural Resources (ANR)
Section       Articles
Galley      
DOI: https://doi.org/10.32734/anr.v5i1.2159
Keywords: Spawn teknik kultur spawn produsen bibit Spawn culture technique seedling manufacturer
Published 2024-08-26

Abstract

Jamur tiram pada saat ini sangat diminati masyarakat karena rasanya yang enak serta kandungan proteinnya yang sangat tinggi. Sebagian besar masyarakat yang memahami kesehatan sudah banyak menukar menu sumber proteinnya dari protein hewani ke protein nabati serta rendah lemak ini. Petani Jamur Tiram di Sumatera Utara mulai beralih dari hanya bertani dengan memulai dari baglog yang sudah siap panen, kepada penyediaan bibit sendiri atau memulai kegiatan bertani dari awal. Hal ini disebabkan pada kenyataannya dengan kemampuan menghasilkan bibit sendiri, memungkinkan untuk memperbesar chans petani untuk memperbesar pertaniannya tanpa harus membeli bibit dari Pulau Jawa yang saat ini merupakan produsen bibit Jamur Tiram tertinggi di Indonesia. Jamur Tiram saat ini dan pada masa depan akan menjadi peluang bisnis yang menggiurkan dan menjanjikan namun perlu diperhatikan bahwa bibit merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses budidaya jamur. Pembibitan merupakan tahapan budidaya yang memerlukan ketelitian tinggi karena harus dilakukan dengan keadaan steril dengan menggunakan bahan dan peralatan khusus. Kegiatan ABDIMAS kali ini memberikan pengetahuan kepada mitra tentang bagaimana cara mengembangkan bibit dari jamur segar menjadi F-0 lalu kemudian F-1, F-2 F-3 dan seterusnya hingga menghasilkan baglog. Metode sosialisasi, demonstrasi praktek langsung serta interview telah dilakukan oleh tim. Sebagaimana syarat-syarat untuk memperoleh bibit yang baik dengan bekerja dengan teknik kultur aseptik serta sterilisasi media tumbuh juga telah diberikan secara singkat kepada petani. Melalui program pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan petani memiliki keterampilan dalam menghasilkan bibit dengan metode subkultur, serta mendapat pengetahuan bagaimana menggunakan teknologi dalam menghasilkan bibit yang baik dengan bekerja menggunakan teknik sterilisasi serta meningkatkan pengetahuan bekerja secara aseptik hingga mampu menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Pada akhirnya mampu menentukan metode persediaan yang baik untuk di jalankan sesuai dengan kondisi permintaan pasar dan mampu memenuhi kebutuhan pasar terutama pasar Jamur Tiram di Sumatera Utara.

 

 

Oyster mushrooms at this time are in high demand by the public because of their good taste and very high protein content. Considerable public interest in this nutritious and healthy food source, making oyster mushrooms one day a commodity den the possibility of prima donna in the community in meeting food needs. It can be marked by the growing demand for oyster mushrooms while oyster mushroom production has not been able to meet the needs of the market, especially in North Sumatra Oyster mushroom farmers in North Sumatra began to go from just farming by starting from a baglog that was ready to harvest, to providing its own seedlings or starting farming activities from scratch. In addition, farmers become able to produce initial seeds directly from fresh mushrooms and make them also as commodities to be traded to beginner farmers. Abdimas this time provides knowledge to partners on how to develop seeds from fresh mushrooms to F-0 and then F-1, F-2 F-3 and so on to produce baglogs. Socialization methods, live practice demonstrations and interviews have been conducted by the team. As the conditions for obtaining good seedlings by working with aseptic culture techniques and sterilization of growing media have also been given briefly to farmers. Through this community service program, it is expected that farmers have skills in producing seeds with subculture methods, as well as gain knowledge how to use technology in producing good seeds by working using sterilization techniques and increasing knowledge of working aseptically to be able to produce good and quality seeds.